Makam Syekh Yusuf di Makasar
Jika kita dari Makasar berjalan mengikuti jalan *1) besar ke Selatan, dan setelah 8 kilometer kita membelok ke kiri, kita sampai di Lakiung. Lakiung adalah sebuah tempat kecil yang terletak di daerah Gowa.
Di pusat daerah Gowa itu terletak sebuah makam dari salah seorang putra Makasar, yaitu seorang ahli mistik dari abad ke-I7, yang bernama Seh Yusuf. Oleh pengagum-pengagumnya beliau disebut Tuanta Salamaka artinya Tuan kita yang mendapat berkah, atau disingkat "Tuanta". Makam tersebut mempunyai bentuk kupel (Arab. Qubbah), seperti biasa terdapat di Sulawesi Selatan. Di bawah kupel itulah terdapat makam Seh Yusuf dan di sampingnya terdapat makam-makam lainnya.
Beberapa puluh tahun yang lalu, pada tempat masuk kupel terdapat tulisan di dalam bahasa Makasar dengan huruf Arab. Di situ ditulis kejadian-kejadian yang penting alam kehidupan Seh Yusuf dengan diberi tanggal oleh Encik Abd al-Wahhab Daeng Masikki dan diambil dari sumber-sumber Makasar dan Kompeni.
Riwayat Hidup Syekh Yusuf
Menurut Hikayat Seh Yusuf yang belum dicetak, masih dalam bentuk ketikan dan berasal dari H.S.D. Moentoe, Labbakang-Pangkajene, Sulawesi Selatan ± 134, Yusuf dilahirkan dari perkawinan seorang tua dengan seorang anak perempuan Gelaran Montjong Loe. Dalam keadaan hamil anak perempuan tersebut diambil istri oleh Sultan Gowa. Setelah bayi itu lahir, ia dibesarkan dan dididik di Istana dan raja menganggapnya seperti putranya sendiri. Tidak beberapa lama kemudian, permaisuri raja Gowa sendiri melahirkan seorang putri di namakan Siti Daeng Nisanga. Keduanya mendapat pendidikan yang sama. Siti jatuh cinta kepada Yusuf. Yusuf menyuruh dua orang Gelaran meminang Siti, tetapi ditolak oleh raja karena Yusuf dari keturunan orang rendah. Menurut buku Tambo orang laki-laki baru dapat memperistri seorang wanita yang lebih tinggi derajatnya, jika ia mempunyai tiga syarat : 1). kaya, 2), berani, dan 3). alim
Tidak beberapa lama Sultan menyuruh orang menjemput Yusuf untuk dikawinkan dengan putrinya. Pada waktu itu Yusuf sedang sibuk mencari kapal untuk pergi ke Jawa. Dari sana ia bermaksud untuk naik haji ke Mekah. Sultan Gowa menyuruh Yusuf kembali untuk dikawinkan dengan putrinya, tetapi Yusuf tidak mau kembali. Ia baru mau kembali kalau sudah cukup ilmunya. Kemudian putri itu diantar ke tempat Yusuf untuk dikawin. Setelah kawin beberapa bulan, istrinya dikirim kembai ke istana Gowa sedang Yusuf berlayar ke pulau Jawa. Di Banten Yusuf menumpang kapal Inggris yang datang dari Malaka dan hendak berlayar ke Eropa.
Setelah sampai di Jeddah, Yusuf terus menuju ke Mekah. Selanjutnya diceriterakan, bahwa Yusuf mau menuntut ilmu kepada imam-imam dari 4 mazhab, tetapi keempat imam itu mengatakan bahwa ia tidak perlu
belajar kepada mereka karena Yusuf sudah cukup ilmunya. Mereka menganjurkan, supaya ia belajar kepada Abu Yazid, dari sini ia disuruh belajar kepada Seh Abd Al-Qadir al-Jailani. Yusuf juga mengunjungi masjid dan makam Nabi di Medinah. Ia juga ingin pergi ke negara-negara lain seperti Bayt al-Muqaddas, Rum dan sebagainya, tetapi niat ini tidak dapat terlaksana.
Kemudian Seh Yusuf kembali ke Banten dan kawin dengan putri Sultan Banten yang bernama Syarifah. Setelah raja Gowa mendengar, bahwa Seh Yusuf berada di Banten, beliau mengirim utusan supaya Seh Yusuf kembali ke tanah airnya. Akan tetapi, yang terakhir ini berkata bahwa ia tidak akan kembali ke Gowa sebelum sempurna kesufiannya. Sufi yang dimaksudkan ialah akhir kehidupannya. Maka sebelum beliau mati, beliau tidak dapat kembali ke Gowa.
Setelah Seh Yusuf berada di Banten maka banyaklah murid-muridnya, juga raja-raja di Jawa Barat masuk menjadi muridnya. Dengan putri Banten S. Yusuf mempunyai anak laki-laki. Kemudian beliau juga kawin dengan seorang wanita dari Serang dan Giri yang juga mempunyai anak laki-laki dan perempuan sehingga banyaklah keturuna n S. Yusuf di Jawa. Putra-putranya itu kemudian pergi ke Makasar dan kawin di sana sehingga juga di Makasar terdapat keturunan beliau.
Kemudian terjadilah pemberontakan melawan Kompeni. Yang memberontak kebanyakan murid-murid S.Yusuf. Diceriterakan, bahwa seorang Komandur memihak kepada S. Yusuf. Setelah Kompeni mengadakan pembalasan, kepala-kepala pemberontak ditahan dan dibuang ke Tanjung Harapan. Komandur dipecat dan S. Yusuf dibuang ke Seion (Ceylon atau Srilangka).
Di Seion S. Yusuf juga mempunyai murid dan kawin dengan putri raja Seion dan mempunyai anak laki-laki. Dari Seion S. Yusuf diperintahkan kembali ke Banten. Istri beliau kemudian meninggal dan beliau kawin dengan ipar beliau: Putra-putra S. Yusuf juga dikirim ke Mekah dan kemudian menetap di Makasar. Kemudian S. Yusuf wafat di Banten. Menurut ceritera makam S.Yusuf ada di empat tempat, yaitu: Banten, Gowa, Seion (Ceylon atau Srilanka), dan Tanjung Harapan (Capetown Afrika).
Inilah ceritera mengenai S.Yusuf, diambil dari Hikayat Seh Yusuf. Di samping hal-hal yang dapat dianggap nyata, banyak sekali terselip ceritera-ceritera yang ajaib-ajaib umpamanya mengenai kepandaian S. Yusuf yang di luar kemampuan manusia biasa, yang maksudnya mungkin untuk menghormat beliau, di antaranya: waktu S.Yusuf sampai di Mekah, beliau memiringkan serbannya, kemudian miring juga ka'bah. Setelah beliau membetulkan sorbannya, maka ka'bah menjadi seperti biasa. Juga beliau dapat mengeluarkan buah langsat dan durian, dari sorbannya waktu ia menceriterakan mengenai buah-buahan yang disukai orang di Makasar dan masih banyak lagi.
Dahulu raja-raja Sulawesi biasa membuat buku harian; dalam buku harian itu ditulis kejadian-kejadian yang penting terutama mengenai mereka sendiri dan kerabat mereka 2). Buku harian ini (orang Makasar menamakannya lontara'-bilang), berisi banyak hal-hal yang penting bagi Sejarah.
Buku harian Raja-raja Gowa dan Tallo berjalan sampai tahun 1751. Buku tersebut pada tahun 1845, waktu raja Tallo, La Odang Riyu Karaeng Katangka Tuwammenangri Suwangga wafat, disimpan oleh orang kepercayaannya yang tinggal di kampung Melayu di Makasar, yaitu Guru Jaka. Pada tahun 1874 Guru Jaka meninggal, kemudian buku tersebut disimpan oleh raja Gowa. Dalam buku harian tersebut terdapat tanggal dalam hitungan tahun Masehi dan Hijrah dan ditulis dalam bahasa Makasar dengan huruf Arab.
Menurut Dagboek der Vorsten van Gowa en Tallo dikeluarkan oleh Ligtvoet dalam BKI, 4e Volgreeks IV,1880, hlm 90, Seh Yusuf dilahirkan pada tahun 1626. Pada tanggal 22 September 1644 beliau mohon diri untuk menunaikan ibadah haji 3). Sekembalinya dari Mekah, ia tinggal di Banten dan kawin dengan putri Sultan Banten 4). Ia sendiri dari pihak Ibu keturunan Raja Gowa karena ibunya adalah saudara dari Raja Gowa Karaeng Bisei 5).
Menurut utusan-utusan Makasar R 13 Januari 1690 ia adalah keturunan galeran yang paling rendah. Dikatakan oleh Caef D. 15 Maret 1672, Sultan Banten yang Muda ingin menjadi seorang wali dan belajar Quran dari seorang wali dari Makasar, yang pernah pergi ke Mekah. Agama Islam sangat ditaati di Banten. Orang dilarang minum, madat, suatu adat yang sejak dulu sudah ada. Meskipun begitu, orang Banten berdagang madat, Sultan Muda ini memerintahkan juga, supaya orang memakai pakaian Arab, sebagai pengganti pakaian nasional. Kemudian Sultan Muda ini pun pergi naik haji.
Menurut Dr. B.F. Matthes dalam karangannya: "Boegineesche en Makassaarsche Legenden" dalam BKI Vierde Volgreeks X deel 1885 hlm. 449, sesudah agama Islam berkembang di Sulawesi Selatan di Gowa dilahirkan seorang laki-laki yang kemudian terkenal s'ebagai wah atau orang keramat. Sampai sekarang ia masih dikenal dengan nama Seh Yusuf atau Tuwang Salama yaitu Tuan yang mendapat berkah. Pada zaman pemerintahan raja Gowa yang ke-I 9 yang bernama 'Abd al-Jalil, S. Yusuf naik haji. Sekembalinya ia tinggal di Banten.
Dr. D. B. Matthes dalam Kort Verslag aangande alle mij in Europa bekende Makassaarsche en Boegineesche Handschriften, vooral die van het Nederlandsch Bijbelgenoodeschap te Amsterdam", Amsterdam 1875, hlm. 9-10 menulis sebagai berikut: Naskah no 18 (75 halaman), pada halaman 18-75 terdapat beberapa keajaiban dariS. Yusuf atau Tuan Salamaka dan keturunannya.
Dalam buku I.D. Calvin yang berjudul Romance of Empire, South Africa 6) disebut, bahwa Valentijn mengatakan bahwa untu k merebut kekuasaan dikepulaua n Indonesia, orang-orang Belanda harus berperang melawan orang-orang Portugis, Inggris, Makasar dan sebagainya. Mereka mengadu domba raja satu dengan raja yang lain, mereka harus berkelahi dan berperang.
Dalam buku History of South -Afrika under the Administration of the Dutch East Indian Company (1652-1795), London 1897, George M. Call Theal L.L.D. mengatakan pada hlm. 257-259 sebagai berikut:
Pada tanggal 1 Mei 1680 Sultan Ageng, Sultan yang merdeka yang terakhir di Jawa menyerahkan pemerintahan Banten kepada putranya 'Abd al-Qahhar yang terkenal dengan nama Sultan Haji karena ia pernah naik haji. Antara orang-orang Inggris dan Belanda yang berdagang di sana ada persaingan besar. Raja yang Muda memihak kepada Kompeni. Sultan yang Tua menyesal bahwa ia telah mengundurkan diri. Maka pada bulan Februari 1682 ia mengumpulkan tentara untuk mengusir putranya dari tahta. Ia dibantu oleh orang-orang Inggris Denmark yang ada di sana, putranya yang bungsu Purbaya. Di samping itu ia dibantu oleh S. Yusuf, seorang guru agama yang mempunyai pengaruh besar.
Sultan Haji tidak kuasa melawan tentara ayahnya. Ia mengunci dirinya dalam sebuah istana, dijaga oleh tentara Belanda, di bawah pimpinan Jacob de Roy. Sultan Haji minta bantuan Betawi. Gubernur Jendral kemudian mengirim bantuan di bawah pimpinan Issac Martin.
Keadaan peperangan berubah. Sultan Ageng terjepit dan jatu h ke tangan putranya dan diperlakukan dengan kejam. Kemudian Sultan Ageng diberi sebuah istana sebagai tempat pengasingan oleh Kompeni di Betawi sampai beliau wafat tahun 1695.
Sebagai tanda terima kasih kepada Kompeni, Sultan Haji memberi monopoli dagang di daerahnya sehingga orang-orang Inggris dan Denmark marah. Waktu Sultan Ageng menyerah, S. Yusuf dapat lolos. Selama 12 bulan ia membuat kerusuhan di mana-mana. Akhir tahun 1683 ia terpaksa menyerahkan diri. Gubernur Jenderal menganggap S Yusuf terlalu berbahaya untuk ditempatkan di pulau Jawa karena beliau sangat dihormati oleh seluurh rakyat, tidak hanya sebagai orang suci dan orang besar, tetapi juga sebagai pahlawan kemerdekaan Banten, tanggal 22 Maret, 5 Rab II, Rabu 1684 7) S. Yusuf dikirim ke Seion.
Kapal yang membawa pengikut-pengikutnya Tuwang (S.Yusuf) dari Cirebon. S. Yusuf yang berasal dari Makasar, setelah kembali dari Mekah, kawin dengan putri Sultan Ageng. Pada tahun 1682 ada perang antara Sultan Ageng dan putranya Sultan Abu Nazar Abd al-Qahhar, S.Yusuf lari ke pegunungan, tetapi dikejar oleh tentara Belanda dan ditangkap di Segara Anakan, di pantai Selatan pulau Jawa 8).
Beliau dikirim ke Seion untuk beberapa waktu dan pada tahun 1694 beliau dipindah ke Tanjung Harapan dengan keluarga dan pengikut-pengikutnya sebagai tahanan Negara.
Dalam karangannya "Sech Joesoef Makasar," Dr. G.W.J. Drewes mengatakan 9). Setelah Sultan Haji menang, S. Yusuf dengan pengikut-pengikutnya orang Makasar mau lari ke daerah Banyumas, tetapi beliau ditangkap oleh Letnan Van Happel. Menurut Valentijn, Van Happel pandai berbahasa Melayu dan Arab, juga tahu adat-istiadat bangsa Arab. Ia pura-pura jadi orang Arab, yang ditangkap oleh Belanda. Karena ia mendapat perlakuan baik maka S. Yusuf lalu menyerahkan diri. Valentijn di Jepara sekamar dengan Van Happel yang kemudian menceriterakan kepadanya, bagaimana caranya ia menahan S. Yusuf. S. Yusuf dibawa dengan istrinya dan pengikut-pengikutnya ke Cirebon, kemudian ke Betawi, sedangkan tentara Makasar dikirim kembali ke Makasar. Pada mulanya S.Yusuf dibuang ke Seion, tetapi setelah keluarganya di Gowa selalu berusaha untuk melepaskan beliau, maka pada tahun 1693 beliau dipindah ke Tanjung Harapan.
Pada tanggal 23 Mei 1699 beliau wafat dan dimakamkan di daerah pertanian Zandvliet, di distrik Stellenbosch. Makam S. Yusuf kemudian menjadi keramat dan dianggap sebagai tempat suci. Tempat itu dipelihara dan dijaga", orang yang mau masuk harus menanggalkan sepatunya. Hanya sedikit pengunjung keramat itu yang mengerti benar, siapa yang dimakamkan di situ. Di sekitar nama S.Yusuf terjalin ceritera-ceritera dan dongeng-dongeng yang penuh dengan keajaiban yang dapat dilakukan oleh beliau d.a. waktu beliau berlayar ke Tanjung Harapan, simpanan air minum telah habis. Kemudian S. Yusuf mencelupkan kakinya dalam laut dan berkata kepada para pelaut untuk mengisi tangki air, dan terbukti air yang dituangkan ke dalam tangki-tangki tersebut dapat dipakai untuk air minum.
Masyarakat Islam di Tanjung Harapan (Capetown-Afrika)
Masyarakat Islam di Tanjung Harapan dapat dibagi dua 10) :
Buku-buku pelajaran agama dari orang-orang Indonesia di sana terdiri dari kalimat Arab yang diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda Tanjung Harapan, dan ditulis dengan huruf Arab. Dr. Hazeu yang pada tahun 1916 singgah di sana menemukan buku-buku yang dikenal di Jawa dan dicetak di Mekah dan India. Tiap-tiap tahun yang naik haji di antara mereka 30 a 40 orang.
Suatu hal yang patut diperhatikan 11) ialah, bahwa orang-orang Indonesia di Tanjung Harapan tetap memegang teguh agamanya, meskipun mereka bercampur gaul dengan bangsa lain dengan agama lain yang sangat berbeda- beda dan meskipun mereka jauh dari tanah airnya.
Sejak tahun 1681Tanjung Harapan dijadikan tempat pengasingan bagi orang-orang yang tinggi martabatnya oleh Kompeni 12). Beberapa bangsawan Makasar dengan keluarga diberi tempat di istana, tetapi berhubung mereka sangat berani, mereka dipindah ke luar negeri. Selama Afrika Selatan menjadi daerah Kompeni, dipakai untu k tujuan tersebut. Banyak orang-orang Indonesia yang dibuan di sana. Salah seorang dari mereka itu hampir menyebabkan perang antara Inggris dan Belanda. Ini terjadi di Banten di Pulau Jawa.
I. D. Du Plessis and C. A. Luckhoff dalam The Malay Quarter and its people hlm. 33-36 menulis selanjutnya: "Di daerah Faure terletak makam Seh Yusuf, yang terbagus di antara dua makam di Signal Hill, tidak jauh dari Samudra Indonesia. Makam ini mempunyai atap melengkung dan 4 tiang putih.
Di atas atap itu ada bulan sabit. Di dalamnya beristirahatlah S. Yusuf, di luar terdapat 4 makam pengikutnya. S. Yusuf sangat dihormati oleh orang-orang Indonesia di sana, juga karena ia orang besar dan seorang bangsawan.
Dalam Handbook of Cape Town and Suburb yang dipakai oleh anggota-anggota dari British Association for th e Advancement of Science dalam bulan Augustus 1905, ada tulisan mengenai Seh Yusuf sebagai berikut :
Daerah "Macasar Duynan " dekat Zandvliet, disebut begitu karena adanya orang-orang buangan dari Makasar yang dibawa ke sini oleh Kompeni. Di antaranya ialah Seh Yusuf atau Tuanse seorang bangsawan dari Makasar yang mempunyai pengaruh besar di Jawa, Makasar dan seluruh kepulauan Indonesia. Pada tahun 1694 ia dikirim ke Tanjung Harapan dengan 49 pengikutnya. Sejak tahun 1683 ia telah menjadi tahanan, setelah Sultan Banten yang Tua dikalahkan.
Dalam Rambles through the Archieves of the Colony of the Cape of Good Hope 1688-170 0 Hendrik Carel vos Leibbrandt menulis di antaranya sebagai berikut:
"Dalam Perang Banten, di mana orang-orang; Belanda memihak kepada Sultan Muda dan menobatkannya di atas tahta, S.Yusuf memihak kepada Sultan yang Tua. S.Yusuf ditangkap oleh seorang opsir Belanda yaitu Kapten Ruis yang pura-pura menjadi seorang Muslim yang telah ditangkap oleh Belanda. Sampai1694 ia dibuang ke Seion. Kemudian ia dipindahkan ke Tanjung Harapan dengan kapal De Voetboog dengan 49 pengikutnya karena orang Belanda takuf bahwa ia akan menggunakan mereka. Karena waktu S.Yusuf tiba di Betawi dari pelariannya, ia dihormat oleh rakyat sebagai orang suci. Orang menyimpan pinang yang telah dikunyahnya sebagai barang keramat (relic). Rakyat menganggap beliau di atas manusia biasa."
Dalam bukunya yang berjudul Romance of Empire, South Africa, Ian D. Calvin berkata:
"Valentijn mengunjungi Tanjung Harapan pada seperempat abad yang pertama dari abad ke-18. Ia juga berziarah ke makam S.Yusuf. Ia mengagumi bunga-bunga dan juga daerah pertanian Zandvliet. Daerah itu kepunyaan Dominee Petrus Calden dari gereja di Heerengracht. Sekarang hanya tinggal sebuah menara. Di zaman Calden ini S. Yusuf ditahan. Pada mulanya ia dibuang ke Seion, tetapi pengaruhnya masih cukup besar sehingga orang Belanda mengasingkannya di Afrika Selatan dengan kapal De Voetboog."
Orang Belanda pun menghormati S.Yusuf, dan Calden bersahabat baik dengan beliau. Sebelum S.Yusuf wafat pada tahun 1699, Sultan Gowa memohon kepada Pemerintah Belanda supaya S.Yusuf dipulangkan.
Dalam buku Hajee Sullaiman Shahmahomed Kramat, Dargah and Academy Trusts Annexure C. 1913 ada inti surat-surat antara Pemerintah Tanjung Harapan kepada Pemerintah Betawi, diambil dari arsip di Capetown. Surat tersebut tertanggal 1 Juli 1699 yang berisi d.a. sebagai berikut:
"Pada tanggal 23 Mei 1699, telah wafat seorang ahli agama Islam, Seh Yusuf yang pada tahun 1694 dengan pengikutnya sebanyak 49 orang datang dengan Fluyt "de Voetboog" dari Seion. Sejak kedatangan mereka sampai Augustus 1698 telah habis uang 24.421. :12:12 gulden dan sejak itu sampai Augustus yang akan datang menjadi 26.221 :12 :12 yang sangat memberatkan Pemerintah Tanjung Harapan. Di samping itu jumlah mereka masih bertambah karena kelahiran. Maka mereka mohon dibebaskan dari pemeliharaan pengikut-pengikut itu. "
Juga ada surat permohonan dari Daeng Nisajo dan beberapa orang penting dari Makasar untu k mengirimkan kembali ke tanah air, istri-istri, anak-anak, kerabat dan hamba sahaya. Maka berdasarkan surat tertanggal 2 Oktober 1704 telah dikirim dengan kapal De Liefde dan de Spiegel Istri-istri, putra-putra dan keluarga dari almarhum Seh Yusuf.
Selanjutnya dikatakan dalam buku tersebut bahwa S.Yusuf wafat disini pada tahun 1699 dan dimakamkan di suatu tempat yang disebut "Kramat" (Makam seorang suci). Makam tersebut mendapat kunjungan banyak dari orang Indonesia, yang berpendapat bahwa mengunjungi makam tersebut termasuk salah satu kewajiban agama.
Waktu S.Yusuf dibuang 13), raja Gowa kerap kali memohon kepada Kompeni supaya S.Yusuf dikembalikan ke Sulawesi. Setelah S. Yusuf wafat, raja 'Abd al-Jalil minta supaya tulang dari beliau, keluarganya dan pengikutnya dikembalikan. Surat tersebut ditulis pada tahun 1793.
Permohonan ini disetujui pada tahun 1794. Maka pada tanggal 5 April 1795 datanglah sisa-sisa jasad almarhum S.Yusuf dan dikebumikan di Lakiung. Keturunan beliau mendapat perlakuan istimewa. Mereka tidak boleh dijadikan budak. Mereka boleh tinggal di mana-mana dan mereka bebas dari pajak, cukai, dan kerja paksa.
Pemujaan kepada S. Yusuf itu asalnya dari pengikutnya yang lama, juga dalam kalangan ahli mistik. Juga raja Bone Ahmad al-Salih Matinroe ri Rompegading (wafat di Rompegading) 1775-1812, menaruh perhatian kepada ajaran-ajarannya. Beliau juga disebut Shamsal-Milla wa'l- Din dan dikelilingi oleh ahli mistik. Pengaruh Tuanta ini terdapat di kampung Gowa Antang dan Telebatu. S.Yusuf dianggap sebagai seorang keramat nasional yang karena hajinya, orang-orang Gowa bebas dari kewajiban tersebut. Juga terdapat perbedaan dalam sembahyang dan puasa. Sesudah panen, mereka berziarah ke makam Lakiung. Arti dari toko h S.Yusuf ialah kepribadiannya, sehingga ia sampai sekarang masih mempunyai pengaruh kepada pengikut- pengikutnya, turun-temurun di Sulawesi Selatan sampai sekarang.
Juga di Afrika-Selatan S.Yusuf dianggap sebagai orang yang mengembangkan agama Islam di daerah itu.14) Makam S. Yusuf menjadi keramat, dikunjungi oleh tua dan muda, kaya dan miskin. Mereka memberi sedekah berupa uang, kembang dan makanan. Air dari Eerste Rivier yang ada di dekat tempat itu kerapkali disimpan di botol-botol dengan harapan bahwa air tersebut akan menjadi obat.
Dr. G.W.J. Drewes mengatakan dalam karangannya: "Sech Joesoef Makasar,' Djawa, 6e jaargang 1926 hlm. 87-88 :
Makam S.Yusuf menjadi keramat, juga setelah tulang S.Yusuf dibawa ke Makasar oleh pengikutnya atas permohonan Sultan Gowa 1795. Sampai sekarang makam tersebut tetap keramat.
Pada tahun 1913 makam tersebut dan sekitarnya dibeli oleh seorang India Muslim yang kaya raya bernama Haji Sulleiman Shah Mohammad berasal dari Dhorayi (Bombay) dan dijadikan wakaf. Haji Sulleiman ini menetap pada tahun 1881 di Tanjung Harapan. Waktu ia datang ke situ ia mendapatkan daerah itu didiami oleh + 10.000 orang Muslim, keturunan orang Indonesia. Ia pernah mengembara ke Asia Barat, Eropa, Australia, India, Cina, Jepang, Amerika Utara, Eropa, Kutub Utara, Rusia, Turkestan, dan menulis beberapa buku mengenai perjalanannya.
Pada tanggal 8 Februari 1907 ada resolusi dari Raad van Politie Tanjung Harapan yang berbunyi :
"Raad v. Politie telah sepakat untuk menjual kepada yang paling tinggi tawarannya bekas rumah-rumah orang Makasar yang telah dibuang di muara Eerste Rivier. Pada tahun 1908 Haji Sulleiman membeli daerah makam S.Yusuf dan dimasukkan dalam The Hajes Sulleiman Shah mahomed Kramat Trust yang didirikan untuk memperingati putrinya yang kedua Fatimah yang wafat tanggal 30 Juni 1907."
Dalam karangan Drs. Zuber Usman yang berjudul: "Sjech Jusuf Tadjul Chalwati dalam Berita Bibliografi no.2 th. ke XI Juni 1965, Djakarta, hlm, 2-6 dikatakan: "bahwa S.Yusuf adalah seorang ulama tasawuf yang amat terkanal, seorang pencinta dan pembina jiwa kemerdekaan, dan penyiar agama di Bugis. Menurut penulis tersebut nama al-Tadj-al-Khalwat i didapat S.Yusuf dari Seh Abu'l Barakat Ayyub b.Ahmad b.Ayyub a-Khalwati al-Qursishi di Sham salah seorang guru S.Yusuf.
A. A. Cense dalam karangannya "De verering van Sjeich Jusuf in Z.Celebes" Bingkisan Budi, hlm.53 mengatakan bahwa Raja 'Abd al-Jalil adalah pengagum S.Yusuf. Menurut naskah 193 dari Mattesstichting di Makasar pada hlm. 118-120, disebut beberapa keajaiban S.Yusuf. Dalam catatan ini. S.Yusuf disebut: Tuang Loeta Shaikh Yusuf al-Tadj al-Khalwati al-Makasari q.s. dst. yang artinya Tuan kita yang besar Seh Yusuf Mahkota (pengikut tarikah tersebut memakai tutup kepala yang disebut tadj) pengikut tarekat Khalwatiyya dari Makasar q.s. dst.
Moulana J. Karaan (Strand, Cape) menulis dalam Muslim Africa vol. 1, no. 1 Desember 1967 p. 21 dengan judul "Sheikh Yusuf Macassar, the saintly Hero of Bantam", bahwa S.Yusuf adalah seorang ulama, pahlawan tanah air, dan orang suci. Ia pernah ditakuti oleh musuh- musuhnya dan dihormati oleh pengikut-pengikutnya.Sejak kedatangannya di Tanjung Harapan pada tahun 1694 ia mempunyai pengaruh dalam sejarah daerah tersebut. Musafir-musafir yang mengunjungi daerah itu pada akhir abad ke-17 menyebut nama S.Yusuf dalam kabar- kabar mereka.
Hamka mengatakan dalam bukunya Dari perbendaharaan lama, C.V. Madju, Medan, 1963, hlm. 36-50 dalam artikel- nya "Sjeich Yusuf Tadj'ul-Chalwati (Tuanta Salamaka) 1626-1699 : Seh Yusuf lahir 8 Sawal 1036 H/ 3 Juli 1626; wafat 23 Mei 1699.
Ia dikenal di empat daerah yaitu Makasar, Banten, Seion (Srilanka), dan Tanjung Harapan (Afrika Selatan). Di Banten beliau menjadi muft i dan menantu Sultan Ageng Tirtayasa. Di Seion ada masyarakat Melayu yaitu keturunan orang-orang Indonesia yang dibuang oleh Belanda ke sana. Kaisar Hindustan, Aurangzeb Alamgir minta kepada Kompeni supaya S.Yusuf dipelihara baik-baik. Nama kecilnya ialah Muhammad Yusuf. Titel Seh hanya diberikan kepada orang yang sudah mendapat izin untuk mengajar tarekat.Abu'l Mahasin adalah gelar kehormatan yang diberikan kepada Seh Yusuf setelah usianya sudah lanjut. Seperti Abu '1-Mafakhir dan sebagai Gelar Taj. al-Khalwati diperoleh dari Seh tarekat Khalwatiyya. Pada masa kecilnya S.Yusuf belajar Alquran, fikh dan bahasa Arab.
Pada tanggal 22 September 1645, Ia meninggalkan Tallo dengan menumpang kapal Portugis ke Banten. Di sana ia bersahabat dengan putra mahkota.
Di Aceh ia belajar tarekat Qadiriyya dari Nur al-Din al-Raniri. Di Yaman ia belajar tarekat Nakshibandiyya dari Abi, 'Abd Allah Muhammad 'Abd al-Baqi .
Di Zubaid (Yaman) ia belajar tarekat Al-Sa'ad a al-Ba' alawiyya dari Sayyid Ah. Kemudian ia naik haji ke Mekah.
Di Madinah ia belajar tarekat Shattariyya dari Burhan al-Din al-Molla b. Ibrahim b. al-Husay n b.Shihab al-Di n al-Qurdi al-Kauran i al-Madani. Di Damaskus ia belajar tarekat Khalwatiyya dari Seh Abu'l Barakat Ayyub b. Ahmad b. Ayyub al-Khalwati al-Quraishi, Imam mesjid Ibn 'Arabi di Damaskus. Di sini ia mendapat gelar Taj al-Khalwat i Hadiyat Allah.
Ia juga belajar beberapa tarekat lainnya. Diceritakan bahwa ia juga pergi ke Istambul. Ia kembali ke Gowa, mendapatkan daerah itu kurang menyenangkan yaitu penuh dengan kemaksiatan seperti minum tuak, adu ayam, dan judi, Ia memberi nasihat kepada raja Gowa, tetapi tidak diterima.
Di Gowa ia mengajar dan memberi ijazah kepada murid-muridnya; di antaranya Seh Nur al-Di n Abu'l Fath Abd al-Basir Abu Darir al-Rafan i yang buta. Rafani berasal dari kata Rappang. Juga kepada Abd. Al-Qadir Maraeng Majeneng.
Ia pergi ke Banten dan mendapatkan putra mahkota telah menjadi Sultan, dengan gelar Sultan Agung Tirtayasa yang menggantikan ayahnya. Sultan Abu'l Ma'ali Ahmad Rahmat Allah Sultan Tirtayasa bergelar Abu'l Fath 'Abd al—Fattah 1651-1692 . Ia sangat tertarik pada tasawuf. Dalam tahun 1671, Putra mahkota yang bernama 'Abd al-Nasir 'Abd al-Qahhar, disuruh pergi ke Mekah dan Istambul untu k meluaskan pandangan dan hubungan selama satu tahun. Seh Yusuf menjadi pemimpin laskar Makasar. Putra Sultan Haji adalah Sultan Abu'l Mahasin Muhammad Zaenal 'Abidin (1690,—1733). Ia mengganti kan saudaranya Sultan Abu'l Fadl Muhammad Yahya (1687-1690) . Th. 1687 Sultan Haji wafat.
Bersambung......
PUSTAKA
(Sumber: Prof. Dr. Tudjimah CS, Syekh Yusuf Makassar: Riwayat Hidup, Karya dan Ajarannya, 1977, Balai Pustaka)
1. Berg, L.W.C. van den, Codicum Arabicorum in Biblio theca Societatis Artium et Scientiarum, quae Bataviae floret asservatorium Catalogum Inchoatum a. Dr Friederich absolvit endicibus que instruxit, Bataviae-Hgae Comitis MDCCCLXXIII.
2. Cence, A.A.,
De verering van Sjaich Jusuf in Zuid- Celebes, Bingkisan Budi, een bundel opstellen aan Dr. Philippus Samuel van Ronkel, door vrienden en leerlingen aangeboden, op zijn tachtigste verjaardag, 1
Augustus 1950 Leiden hlm 50 dan seterusnya.
3. Drewes, G.W.J.,
Sech Joesoef Makasar, Djawa, 6 e jaar-gang Weltevreden 1926 hlm 83-88
4. De Haan, Priangan, deel III 393, hl, 445-64 .
5. Hageman, J; J Cz Geschiedenis der Sunda-landen, 138 in deel XIX i/ h T.B.G. v. K. en W, hlm. 244.
6. Karaan, Moulana J, Sheikh Yusuf of Macassar. The saintly Hero of Bantam in Muslim Africa, December 1967 p. 21, vol l.no. l
7. Leibbrandt, H.C.V., Precis of the Archives of the Cape of Good Hope, Letters despatched 1696-1708, Capetown, 1896.
8. Lakkerkerker, C, Land en volk van Java Eerste deel. Inleiding en algemene beschrijving, Groningen-Batavia, 1938.
9. Lightvoet, Dagboek der Vorsten van Gowa en Tello, Bijdr. Kon. Inst, 9 e volgreeks IV, 1880.
10. Matthes, B.F., Boegineesche en Makassaaarche Legenden, Bijdr. Kon. Inst, 4 e volgreeks X e deel, 1885.
11. Matthes, B.F. Kort verslag aangaande alle mij in Eurapa bekende Makassaarche en Boegineesche Handschriften, vooral die van het Bijbel genootschap te Amsterdam, 1875.
12. Moentoe, H.S.D., Labbakang, Pangkadjene, Hikayat Sjeich Joesoef (belum dicetak) ± 1934.
13. Du Plessis. I.D. and Luckhoff, C.A., The Malay Quarter and its people, Capetown/Amsterdam, 1953.
14. The Hajee SullaimamShahmahomed Kramat, Dargah and Academy Trusts, Deeds constituting, 1908. AnneseB; 1910 Annese A; 1913 Annese C/ £urther Deeds; Akte notaris'dikarang oleh notaris J. Bennic Kayser, Cape Town.
Jika kita dari Makasar berjalan mengikuti jalan *1) besar ke Selatan, dan setelah 8 kilometer kita membelok ke kiri, kita sampai di Lakiung. Lakiung adalah sebuah tempat kecil yang terletak di daerah Gowa.
Di pusat daerah Gowa itu terletak sebuah makam dari salah seorang putra Makasar, yaitu seorang ahli mistik dari abad ke-I7, yang bernama Seh Yusuf. Oleh pengagum-pengagumnya beliau disebut Tuanta Salamaka artinya Tuan kita yang mendapat berkah, atau disingkat "Tuanta". Makam tersebut mempunyai bentuk kupel (Arab. Qubbah), seperti biasa terdapat di Sulawesi Selatan. Di bawah kupel itulah terdapat makam Seh Yusuf dan di sampingnya terdapat makam-makam lainnya.
Beberapa puluh tahun yang lalu, pada tempat masuk kupel terdapat tulisan di dalam bahasa Makasar dengan huruf Arab. Di situ ditulis kejadian-kejadian yang penting alam kehidupan Seh Yusuf dengan diberi tanggal oleh Encik Abd al-Wahhab Daeng Masikki dan diambil dari sumber-sumber Makasar dan Kompeni.
Riwayat Hidup Syekh Yusuf
Menurut Hikayat Seh Yusuf yang belum dicetak, masih dalam bentuk ketikan dan berasal dari H.S.D. Moentoe, Labbakang-Pangkajene, Sulawesi Selatan ± 134, Yusuf dilahirkan dari perkawinan seorang tua dengan seorang anak perempuan Gelaran Montjong Loe. Dalam keadaan hamil anak perempuan tersebut diambil istri oleh Sultan Gowa. Setelah bayi itu lahir, ia dibesarkan dan dididik di Istana dan raja menganggapnya seperti putranya sendiri. Tidak beberapa lama kemudian, permaisuri raja Gowa sendiri melahirkan seorang putri di namakan Siti Daeng Nisanga. Keduanya mendapat pendidikan yang sama. Siti jatuh cinta kepada Yusuf. Yusuf menyuruh dua orang Gelaran meminang Siti, tetapi ditolak oleh raja karena Yusuf dari keturunan orang rendah. Menurut buku Tambo orang laki-laki baru dapat memperistri seorang wanita yang lebih tinggi derajatnya, jika ia mempunyai tiga syarat : 1). kaya, 2), berani, dan 3). alim
Tidak beberapa lama Sultan menyuruh orang menjemput Yusuf untuk dikawinkan dengan putrinya. Pada waktu itu Yusuf sedang sibuk mencari kapal untuk pergi ke Jawa. Dari sana ia bermaksud untuk naik haji ke Mekah. Sultan Gowa menyuruh Yusuf kembali untuk dikawinkan dengan putrinya, tetapi Yusuf tidak mau kembali. Ia baru mau kembali kalau sudah cukup ilmunya. Kemudian putri itu diantar ke tempat Yusuf untuk dikawin. Setelah kawin beberapa bulan, istrinya dikirim kembai ke istana Gowa sedang Yusuf berlayar ke pulau Jawa. Di Banten Yusuf menumpang kapal Inggris yang datang dari Malaka dan hendak berlayar ke Eropa.
Setelah sampai di Jeddah, Yusuf terus menuju ke Mekah. Selanjutnya diceriterakan, bahwa Yusuf mau menuntut ilmu kepada imam-imam dari 4 mazhab, tetapi keempat imam itu mengatakan bahwa ia tidak perlu
belajar kepada mereka karena Yusuf sudah cukup ilmunya. Mereka menganjurkan, supaya ia belajar kepada Abu Yazid, dari sini ia disuruh belajar kepada Seh Abd Al-Qadir al-Jailani. Yusuf juga mengunjungi masjid dan makam Nabi di Medinah. Ia juga ingin pergi ke negara-negara lain seperti Bayt al-Muqaddas, Rum dan sebagainya, tetapi niat ini tidak dapat terlaksana.
Kemudian Seh Yusuf kembali ke Banten dan kawin dengan putri Sultan Banten yang bernama Syarifah. Setelah raja Gowa mendengar, bahwa Seh Yusuf berada di Banten, beliau mengirim utusan supaya Seh Yusuf kembali ke tanah airnya. Akan tetapi, yang terakhir ini berkata bahwa ia tidak akan kembali ke Gowa sebelum sempurna kesufiannya. Sufi yang dimaksudkan ialah akhir kehidupannya. Maka sebelum beliau mati, beliau tidak dapat kembali ke Gowa.
Setelah Seh Yusuf berada di Banten maka banyaklah murid-muridnya, juga raja-raja di Jawa Barat masuk menjadi muridnya. Dengan putri Banten S. Yusuf mempunyai anak laki-laki. Kemudian beliau juga kawin dengan seorang wanita dari Serang dan Giri yang juga mempunyai anak laki-laki dan perempuan sehingga banyaklah keturuna n S. Yusuf di Jawa. Putra-putranya itu kemudian pergi ke Makasar dan kawin di sana sehingga juga di Makasar terdapat keturunan beliau.
Kemudian terjadilah pemberontakan melawan Kompeni. Yang memberontak kebanyakan murid-murid S.Yusuf. Diceriterakan, bahwa seorang Komandur memihak kepada S. Yusuf. Setelah Kompeni mengadakan pembalasan, kepala-kepala pemberontak ditahan dan dibuang ke Tanjung Harapan. Komandur dipecat dan S. Yusuf dibuang ke Seion (Ceylon atau Srilangka).
Di Seion S. Yusuf juga mempunyai murid dan kawin dengan putri raja Seion dan mempunyai anak laki-laki. Dari Seion S. Yusuf diperintahkan kembali ke Banten. Istri beliau kemudian meninggal dan beliau kawin dengan ipar beliau: Putra-putra S. Yusuf juga dikirim ke Mekah dan kemudian menetap di Makasar. Kemudian S. Yusuf wafat di Banten. Menurut ceritera makam S.Yusuf ada di empat tempat, yaitu: Banten, Gowa, Seion (Ceylon atau Srilanka), dan Tanjung Harapan (Capetown Afrika).
Inilah ceritera mengenai S.Yusuf, diambil dari Hikayat Seh Yusuf. Di samping hal-hal yang dapat dianggap nyata, banyak sekali terselip ceritera-ceritera yang ajaib-ajaib umpamanya mengenai kepandaian S. Yusuf yang di luar kemampuan manusia biasa, yang maksudnya mungkin untuk menghormat beliau, di antaranya: waktu S.Yusuf sampai di Mekah, beliau memiringkan serbannya, kemudian miring juga ka'bah. Setelah beliau membetulkan sorbannya, maka ka'bah menjadi seperti biasa. Juga beliau dapat mengeluarkan buah langsat dan durian, dari sorbannya waktu ia menceriterakan mengenai buah-buahan yang disukai orang di Makasar dan masih banyak lagi.
Dahulu raja-raja Sulawesi biasa membuat buku harian; dalam buku harian itu ditulis kejadian-kejadian yang penting terutama mengenai mereka sendiri dan kerabat mereka 2). Buku harian ini (orang Makasar menamakannya lontara'-bilang), berisi banyak hal-hal yang penting bagi Sejarah.
Buku harian Raja-raja Gowa dan Tallo berjalan sampai tahun 1751. Buku tersebut pada tahun 1845, waktu raja Tallo, La Odang Riyu Karaeng Katangka Tuwammenangri Suwangga wafat, disimpan oleh orang kepercayaannya yang tinggal di kampung Melayu di Makasar, yaitu Guru Jaka. Pada tahun 1874 Guru Jaka meninggal, kemudian buku tersebut disimpan oleh raja Gowa. Dalam buku harian tersebut terdapat tanggal dalam hitungan tahun Masehi dan Hijrah dan ditulis dalam bahasa Makasar dengan huruf Arab.
Menurut Dagboek der Vorsten van Gowa en Tallo dikeluarkan oleh Ligtvoet dalam BKI, 4e Volgreeks IV,1880, hlm 90, Seh Yusuf dilahirkan pada tahun 1626. Pada tanggal 22 September 1644 beliau mohon diri untuk menunaikan ibadah haji 3). Sekembalinya dari Mekah, ia tinggal di Banten dan kawin dengan putri Sultan Banten 4). Ia sendiri dari pihak Ibu keturunan Raja Gowa karena ibunya adalah saudara dari Raja Gowa Karaeng Bisei 5).
Menurut utusan-utusan Makasar R 13 Januari 1690 ia adalah keturunan galeran yang paling rendah. Dikatakan oleh Caef D. 15 Maret 1672, Sultan Banten yang Muda ingin menjadi seorang wali dan belajar Quran dari seorang wali dari Makasar, yang pernah pergi ke Mekah. Agama Islam sangat ditaati di Banten. Orang dilarang minum, madat, suatu adat yang sejak dulu sudah ada. Meskipun begitu, orang Banten berdagang madat, Sultan Muda ini memerintahkan juga, supaya orang memakai pakaian Arab, sebagai pengganti pakaian nasional. Kemudian Sultan Muda ini pun pergi naik haji.
Menurut Dr. B.F. Matthes dalam karangannya: "Boegineesche en Makassaarsche Legenden" dalam BKI Vierde Volgreeks X deel 1885 hlm. 449, sesudah agama Islam berkembang di Sulawesi Selatan di Gowa dilahirkan seorang laki-laki yang kemudian terkenal s'ebagai wah atau orang keramat. Sampai sekarang ia masih dikenal dengan nama Seh Yusuf atau Tuwang Salama yaitu Tuan yang mendapat berkah. Pada zaman pemerintahan raja Gowa yang ke-I 9 yang bernama 'Abd al-Jalil, S. Yusuf naik haji. Sekembalinya ia tinggal di Banten.
Dr. D. B. Matthes dalam Kort Verslag aangande alle mij in Europa bekende Makassaarsche en Boegineesche Handschriften, vooral die van het Nederlandsch Bijbelgenoodeschap te Amsterdam", Amsterdam 1875, hlm. 9-10 menulis sebagai berikut: Naskah no 18 (75 halaman), pada halaman 18-75 terdapat beberapa keajaiban dariS. Yusuf atau Tuan Salamaka dan keturunannya.
Makam Syekh Yusuf di Capetown
Dalam buku I.D. Calvin yang berjudul Romance of Empire, South Africa 6) disebut, bahwa Valentijn mengatakan bahwa untu k merebut kekuasaan dikepulaua n Indonesia, orang-orang Belanda harus berperang melawan orang-orang Portugis, Inggris, Makasar dan sebagainya. Mereka mengadu domba raja satu dengan raja yang lain, mereka harus berkelahi dan berperang.
Dalam buku History of South -Afrika under the Administration of the Dutch East Indian Company (1652-1795), London 1897, George M. Call Theal L.L.D. mengatakan pada hlm. 257-259 sebagai berikut:
Pada tanggal 1 Mei 1680 Sultan Ageng, Sultan yang merdeka yang terakhir di Jawa menyerahkan pemerintahan Banten kepada putranya 'Abd al-Qahhar yang terkenal dengan nama Sultan Haji karena ia pernah naik haji. Antara orang-orang Inggris dan Belanda yang berdagang di sana ada persaingan besar. Raja yang Muda memihak kepada Kompeni. Sultan yang Tua menyesal bahwa ia telah mengundurkan diri. Maka pada bulan Februari 1682 ia mengumpulkan tentara untuk mengusir putranya dari tahta. Ia dibantu oleh orang-orang Inggris Denmark yang ada di sana, putranya yang bungsu Purbaya. Di samping itu ia dibantu oleh S. Yusuf, seorang guru agama yang mempunyai pengaruh besar.
Sultan Haji tidak kuasa melawan tentara ayahnya. Ia mengunci dirinya dalam sebuah istana, dijaga oleh tentara Belanda, di bawah pimpinan Jacob de Roy. Sultan Haji minta bantuan Betawi. Gubernur Jendral kemudian mengirim bantuan di bawah pimpinan Issac Martin.
Keadaan peperangan berubah. Sultan Ageng terjepit dan jatu h ke tangan putranya dan diperlakukan dengan kejam. Kemudian Sultan Ageng diberi sebuah istana sebagai tempat pengasingan oleh Kompeni di Betawi sampai beliau wafat tahun 1695.
Sebagai tanda terima kasih kepada Kompeni, Sultan Haji memberi monopoli dagang di daerahnya sehingga orang-orang Inggris dan Denmark marah. Waktu Sultan Ageng menyerah, S. Yusuf dapat lolos. Selama 12 bulan ia membuat kerusuhan di mana-mana. Akhir tahun 1683 ia terpaksa menyerahkan diri. Gubernur Jenderal menganggap S Yusuf terlalu berbahaya untuk ditempatkan di pulau Jawa karena beliau sangat dihormati oleh seluurh rakyat, tidak hanya sebagai orang suci dan orang besar, tetapi juga sebagai pahlawan kemerdekaan Banten, tanggal 22 Maret, 5 Rab II, Rabu 1684 7) S. Yusuf dikirim ke Seion.
Kapal yang membawa pengikut-pengikutnya Tuwang (S.Yusuf) dari Cirebon. S. Yusuf yang berasal dari Makasar, setelah kembali dari Mekah, kawin dengan putri Sultan Ageng. Pada tahun 1682 ada perang antara Sultan Ageng dan putranya Sultan Abu Nazar Abd al-Qahhar, S.Yusuf lari ke pegunungan, tetapi dikejar oleh tentara Belanda dan ditangkap di Segara Anakan, di pantai Selatan pulau Jawa 8).
Beliau dikirim ke Seion untuk beberapa waktu dan pada tahun 1694 beliau dipindah ke Tanjung Harapan dengan keluarga dan pengikut-pengikutnya sebagai tahanan Negara.
Dalam karangannya "Sech Joesoef Makasar," Dr. G.W.J. Drewes mengatakan 9). Setelah Sultan Haji menang, S. Yusuf dengan pengikut-pengikutnya orang Makasar mau lari ke daerah Banyumas, tetapi beliau ditangkap oleh Letnan Van Happel. Menurut Valentijn, Van Happel pandai berbahasa Melayu dan Arab, juga tahu adat-istiadat bangsa Arab. Ia pura-pura jadi orang Arab, yang ditangkap oleh Belanda. Karena ia mendapat perlakuan baik maka S. Yusuf lalu menyerahkan diri. Valentijn di Jepara sekamar dengan Van Happel yang kemudian menceriterakan kepadanya, bagaimana caranya ia menahan S. Yusuf. S. Yusuf dibawa dengan istrinya dan pengikut-pengikutnya ke Cirebon, kemudian ke Betawi, sedangkan tentara Makasar dikirim kembali ke Makasar. Pada mulanya S.Yusuf dibuang ke Seion, tetapi setelah keluarganya di Gowa selalu berusaha untuk melepaskan beliau, maka pada tahun 1693 beliau dipindah ke Tanjung Harapan.
Pada tanggal 23 Mei 1699 beliau wafat dan dimakamkan di daerah pertanian Zandvliet, di distrik Stellenbosch. Makam S. Yusuf kemudian menjadi keramat dan dianggap sebagai tempat suci. Tempat itu dipelihara dan dijaga", orang yang mau masuk harus menanggalkan sepatunya. Hanya sedikit pengunjung keramat itu yang mengerti benar, siapa yang dimakamkan di situ. Di sekitar nama S.Yusuf terjalin ceritera-ceritera dan dongeng-dongeng yang penuh dengan keajaiban yang dapat dilakukan oleh beliau d.a. waktu beliau berlayar ke Tanjung Harapan, simpanan air minum telah habis. Kemudian S. Yusuf mencelupkan kakinya dalam laut dan berkata kepada para pelaut untuk mengisi tangki air, dan terbukti air yang dituangkan ke dalam tangki-tangki tersebut dapat dipakai untuk air minum.
Masyarakat Islam di Tanjung Harapan (Capetown-Afrika)
Masyarakat Islam di Tanjung Harapan dapat dibagi dua 10) :
- Orang-orang Indonesia Tanjung Harapan, keturunan orang- orang Indonesia yang diasingkan di situ.
- Orang-orang India yang pindah ke situ.
Buku-buku pelajaran agama dari orang-orang Indonesia di sana terdiri dari kalimat Arab yang diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda Tanjung Harapan, dan ditulis dengan huruf Arab. Dr. Hazeu yang pada tahun 1916 singgah di sana menemukan buku-buku yang dikenal di Jawa dan dicetak di Mekah dan India. Tiap-tiap tahun yang naik haji di antara mereka 30 a 40 orang.
Suatu hal yang patut diperhatikan 11) ialah, bahwa orang-orang Indonesia di Tanjung Harapan tetap memegang teguh agamanya, meskipun mereka bercampur gaul dengan bangsa lain dengan agama lain yang sangat berbeda- beda dan meskipun mereka jauh dari tanah airnya.
Sejak tahun 1681Tanjung Harapan dijadikan tempat pengasingan bagi orang-orang yang tinggi martabatnya oleh Kompeni 12). Beberapa bangsawan Makasar dengan keluarga diberi tempat di istana, tetapi berhubung mereka sangat berani, mereka dipindah ke luar negeri. Selama Afrika Selatan menjadi daerah Kompeni, dipakai untu k tujuan tersebut. Banyak orang-orang Indonesia yang dibuan di sana. Salah seorang dari mereka itu hampir menyebabkan perang antara Inggris dan Belanda. Ini terjadi di Banten di Pulau Jawa.
I. D. Du Plessis and C. A. Luckhoff dalam The Malay Quarter and its people hlm. 33-36 menulis selanjutnya: "Di daerah Faure terletak makam Seh Yusuf, yang terbagus di antara dua makam di Signal Hill, tidak jauh dari Samudra Indonesia. Makam ini mempunyai atap melengkung dan 4 tiang putih.
Di atas atap itu ada bulan sabit. Di dalamnya beristirahatlah S. Yusuf, di luar terdapat 4 makam pengikutnya. S. Yusuf sangat dihormati oleh orang-orang Indonesia di sana, juga karena ia orang besar dan seorang bangsawan.
Dalam Handbook of Cape Town and Suburb yang dipakai oleh anggota-anggota dari British Association for th e Advancement of Science dalam bulan Augustus 1905, ada tulisan mengenai Seh Yusuf sebagai berikut :
Daerah "Macasar Duynan " dekat Zandvliet, disebut begitu karena adanya orang-orang buangan dari Makasar yang dibawa ke sini oleh Kompeni. Di antaranya ialah Seh Yusuf atau Tuanse seorang bangsawan dari Makasar yang mempunyai pengaruh besar di Jawa, Makasar dan seluruh kepulauan Indonesia. Pada tahun 1694 ia dikirim ke Tanjung Harapan dengan 49 pengikutnya. Sejak tahun 1683 ia telah menjadi tahanan, setelah Sultan Banten yang Tua dikalahkan.
Dalam Rambles through the Archieves of the Colony of the Cape of Good Hope 1688-170 0 Hendrik Carel vos Leibbrandt menulis di antaranya sebagai berikut:
"Dalam Perang Banten, di mana orang-orang; Belanda memihak kepada Sultan Muda dan menobatkannya di atas tahta, S.Yusuf memihak kepada Sultan yang Tua. S.Yusuf ditangkap oleh seorang opsir Belanda yaitu Kapten Ruis yang pura-pura menjadi seorang Muslim yang telah ditangkap oleh Belanda. Sampai1694 ia dibuang ke Seion. Kemudian ia dipindahkan ke Tanjung Harapan dengan kapal De Voetboog dengan 49 pengikutnya karena orang Belanda takuf bahwa ia akan menggunakan mereka. Karena waktu S.Yusuf tiba di Betawi dari pelariannya, ia dihormat oleh rakyat sebagai orang suci. Orang menyimpan pinang yang telah dikunyahnya sebagai barang keramat (relic). Rakyat menganggap beliau di atas manusia biasa."
Dalam bukunya yang berjudul Romance of Empire, South Africa, Ian D. Calvin berkata:
"Valentijn mengunjungi Tanjung Harapan pada seperempat abad yang pertama dari abad ke-18. Ia juga berziarah ke makam S.Yusuf. Ia mengagumi bunga-bunga dan juga daerah pertanian Zandvliet. Daerah itu kepunyaan Dominee Petrus Calden dari gereja di Heerengracht. Sekarang hanya tinggal sebuah menara. Di zaman Calden ini S. Yusuf ditahan. Pada mulanya ia dibuang ke Seion, tetapi pengaruhnya masih cukup besar sehingga orang Belanda mengasingkannya di Afrika Selatan dengan kapal De Voetboog."
Orang Belanda pun menghormati S.Yusuf, dan Calden bersahabat baik dengan beliau. Sebelum S.Yusuf wafat pada tahun 1699, Sultan Gowa memohon kepada Pemerintah Belanda supaya S.Yusuf dipulangkan.
Dalam buku Hajee Sullaiman Shahmahomed Kramat, Dargah and Academy Trusts Annexure C. 1913 ada inti surat-surat antara Pemerintah Tanjung Harapan kepada Pemerintah Betawi, diambil dari arsip di Capetown. Surat tersebut tertanggal 1 Juli 1699 yang berisi d.a. sebagai berikut:
"Pada tanggal 23 Mei 1699, telah wafat seorang ahli agama Islam, Seh Yusuf yang pada tahun 1694 dengan pengikutnya sebanyak 49 orang datang dengan Fluyt "de Voetboog" dari Seion. Sejak kedatangan mereka sampai Augustus 1698 telah habis uang 24.421. :12:12 gulden dan sejak itu sampai Augustus yang akan datang menjadi 26.221 :12 :12 yang sangat memberatkan Pemerintah Tanjung Harapan. Di samping itu jumlah mereka masih bertambah karena kelahiran. Maka mereka mohon dibebaskan dari pemeliharaan pengikut-pengikut itu. "
Juga ada surat permohonan dari Daeng Nisajo dan beberapa orang penting dari Makasar untu k mengirimkan kembali ke tanah air, istri-istri, anak-anak, kerabat dan hamba sahaya. Maka berdasarkan surat tertanggal 2 Oktober 1704 telah dikirim dengan kapal De Liefde dan de Spiegel Istri-istri, putra-putra dan keluarga dari almarhum Seh Yusuf.
Selanjutnya dikatakan dalam buku tersebut bahwa S.Yusuf wafat disini pada tahun 1699 dan dimakamkan di suatu tempat yang disebut "Kramat" (Makam seorang suci). Makam tersebut mendapat kunjungan banyak dari orang Indonesia, yang berpendapat bahwa mengunjungi makam tersebut termasuk salah satu kewajiban agama.
Waktu S.Yusuf dibuang 13), raja Gowa kerap kali memohon kepada Kompeni supaya S.Yusuf dikembalikan ke Sulawesi. Setelah S. Yusuf wafat, raja 'Abd al-Jalil minta supaya tulang dari beliau, keluarganya dan pengikutnya dikembalikan. Surat tersebut ditulis pada tahun 1793.
Permohonan ini disetujui pada tahun 1794. Maka pada tanggal 5 April 1795 datanglah sisa-sisa jasad almarhum S.Yusuf dan dikebumikan di Lakiung. Keturunan beliau mendapat perlakuan istimewa. Mereka tidak boleh dijadikan budak. Mereka boleh tinggal di mana-mana dan mereka bebas dari pajak, cukai, dan kerja paksa.
Pemujaan kepada S. Yusuf itu asalnya dari pengikutnya yang lama, juga dalam kalangan ahli mistik. Juga raja Bone Ahmad al-Salih Matinroe ri Rompegading (wafat di Rompegading) 1775-1812, menaruh perhatian kepada ajaran-ajarannya. Beliau juga disebut Shamsal-Milla wa'l- Din dan dikelilingi oleh ahli mistik. Pengaruh Tuanta ini terdapat di kampung Gowa Antang dan Telebatu. S.Yusuf dianggap sebagai seorang keramat nasional yang karena hajinya, orang-orang Gowa bebas dari kewajiban tersebut. Juga terdapat perbedaan dalam sembahyang dan puasa. Sesudah panen, mereka berziarah ke makam Lakiung. Arti dari toko h S.Yusuf ialah kepribadiannya, sehingga ia sampai sekarang masih mempunyai pengaruh kepada pengikut- pengikutnya, turun-temurun di Sulawesi Selatan sampai sekarang.
Juga di Afrika-Selatan S.Yusuf dianggap sebagai orang yang mengembangkan agama Islam di daerah itu.14) Makam S. Yusuf menjadi keramat, dikunjungi oleh tua dan muda, kaya dan miskin. Mereka memberi sedekah berupa uang, kembang dan makanan. Air dari Eerste Rivier yang ada di dekat tempat itu kerapkali disimpan di botol-botol dengan harapan bahwa air tersebut akan menjadi obat.
Dr. G.W.J. Drewes mengatakan dalam karangannya: "Sech Joesoef Makasar,' Djawa, 6e jaargang 1926 hlm. 87-88 :
Makam S.Yusuf menjadi keramat, juga setelah tulang S.Yusuf dibawa ke Makasar oleh pengikutnya atas permohonan Sultan Gowa 1795. Sampai sekarang makam tersebut tetap keramat.
Pada tahun 1913 makam tersebut dan sekitarnya dibeli oleh seorang India Muslim yang kaya raya bernama Haji Sulleiman Shah Mohammad berasal dari Dhorayi (Bombay) dan dijadikan wakaf. Haji Sulleiman ini menetap pada tahun 1881 di Tanjung Harapan. Waktu ia datang ke situ ia mendapatkan daerah itu didiami oleh + 10.000 orang Muslim, keturunan orang Indonesia. Ia pernah mengembara ke Asia Barat, Eropa, Australia, India, Cina, Jepang, Amerika Utara, Eropa, Kutub Utara, Rusia, Turkestan, dan menulis beberapa buku mengenai perjalanannya.
Pada tanggal 8 Februari 1907 ada resolusi dari Raad van Politie Tanjung Harapan yang berbunyi :
"Raad v. Politie telah sepakat untuk menjual kepada yang paling tinggi tawarannya bekas rumah-rumah orang Makasar yang telah dibuang di muara Eerste Rivier. Pada tahun 1908 Haji Sulleiman membeli daerah makam S.Yusuf dan dimasukkan dalam The Hajes Sulleiman Shah mahomed Kramat Trust yang didirikan untuk memperingati putrinya yang kedua Fatimah yang wafat tanggal 30 Juni 1907."
Dalam karangan Drs. Zuber Usman yang berjudul: "Sjech Jusuf Tadjul Chalwati dalam Berita Bibliografi no.2 th. ke XI Juni 1965, Djakarta, hlm, 2-6 dikatakan: "bahwa S.Yusuf adalah seorang ulama tasawuf yang amat terkanal, seorang pencinta dan pembina jiwa kemerdekaan, dan penyiar agama di Bugis. Menurut penulis tersebut nama al-Tadj-al-Khalwat i didapat S.Yusuf dari Seh Abu'l Barakat Ayyub b.Ahmad b.Ayyub a-Khalwati al-Qursishi di Sham salah seorang guru S.Yusuf.
A. A. Cense dalam karangannya "De verering van Sjeich Jusuf in Z.Celebes" Bingkisan Budi, hlm.53 mengatakan bahwa Raja 'Abd al-Jalil adalah pengagum S.Yusuf. Menurut naskah 193 dari Mattesstichting di Makasar pada hlm. 118-120, disebut beberapa keajaiban S.Yusuf. Dalam catatan ini. S.Yusuf disebut: Tuang Loeta Shaikh Yusuf al-Tadj al-Khalwati al-Makasari q.s. dst. yang artinya Tuan kita yang besar Seh Yusuf Mahkota (pengikut tarikah tersebut memakai tutup kepala yang disebut tadj) pengikut tarekat Khalwatiyya dari Makasar q.s. dst.
Moulana J. Karaan (Strand, Cape) menulis dalam Muslim Africa vol. 1, no. 1 Desember 1967 p. 21 dengan judul "Sheikh Yusuf Macassar, the saintly Hero of Bantam", bahwa S.Yusuf adalah seorang ulama, pahlawan tanah air, dan orang suci. Ia pernah ditakuti oleh musuh- musuhnya dan dihormati oleh pengikut-pengikutnya.Sejak kedatangannya di Tanjung Harapan pada tahun 1694 ia mempunyai pengaruh dalam sejarah daerah tersebut. Musafir-musafir yang mengunjungi daerah itu pada akhir abad ke-17 menyebut nama S.Yusuf dalam kabar- kabar mereka.
Hamka mengatakan dalam bukunya Dari perbendaharaan lama, C.V. Madju, Medan, 1963, hlm. 36-50 dalam artikel- nya "Sjeich Yusuf Tadj'ul-Chalwati (Tuanta Salamaka) 1626-1699 : Seh Yusuf lahir 8 Sawal 1036 H/ 3 Juli 1626; wafat 23 Mei 1699.
Ia dikenal di empat daerah yaitu Makasar, Banten, Seion (Srilanka), dan Tanjung Harapan (Afrika Selatan). Di Banten beliau menjadi muft i dan menantu Sultan Ageng Tirtayasa. Di Seion ada masyarakat Melayu yaitu keturunan orang-orang Indonesia yang dibuang oleh Belanda ke sana. Kaisar Hindustan, Aurangzeb Alamgir minta kepada Kompeni supaya S.Yusuf dipelihara baik-baik. Nama kecilnya ialah Muhammad Yusuf. Titel Seh hanya diberikan kepada orang yang sudah mendapat izin untuk mengajar tarekat.Abu'l Mahasin adalah gelar kehormatan yang diberikan kepada Seh Yusuf setelah usianya sudah lanjut. Seperti Abu '1-Mafakhir dan sebagai Gelar Taj. al-Khalwati diperoleh dari Seh tarekat Khalwatiyya. Pada masa kecilnya S.Yusuf belajar Alquran, fikh dan bahasa Arab.
Pada tanggal 22 September 1645, Ia meninggalkan Tallo dengan menumpang kapal Portugis ke Banten. Di sana ia bersahabat dengan putra mahkota.
Di Aceh ia belajar tarekat Qadiriyya dari Nur al-Din al-Raniri. Di Yaman ia belajar tarekat Nakshibandiyya dari Abi, 'Abd Allah Muhammad 'Abd al-Baqi .
Di Zubaid (Yaman) ia belajar tarekat Al-Sa'ad a al-Ba' alawiyya dari Sayyid Ah. Kemudian ia naik haji ke Mekah.
Di Madinah ia belajar tarekat Shattariyya dari Burhan al-Din al-Molla b. Ibrahim b. al-Husay n b.Shihab al-Di n al-Qurdi al-Kauran i al-Madani. Di Damaskus ia belajar tarekat Khalwatiyya dari Seh Abu'l Barakat Ayyub b. Ahmad b. Ayyub al-Khalwati al-Quraishi, Imam mesjid Ibn 'Arabi di Damaskus. Di sini ia mendapat gelar Taj al-Khalwat i Hadiyat Allah.
Ia juga belajar beberapa tarekat lainnya. Diceritakan bahwa ia juga pergi ke Istambul. Ia kembali ke Gowa, mendapatkan daerah itu kurang menyenangkan yaitu penuh dengan kemaksiatan seperti minum tuak, adu ayam, dan judi, Ia memberi nasihat kepada raja Gowa, tetapi tidak diterima.
Di Gowa ia mengajar dan memberi ijazah kepada murid-muridnya; di antaranya Seh Nur al-Di n Abu'l Fath Abd al-Basir Abu Darir al-Rafan i yang buta. Rafani berasal dari kata Rappang. Juga kepada Abd. Al-Qadir Maraeng Majeneng.
Ia pergi ke Banten dan mendapatkan putra mahkota telah menjadi Sultan, dengan gelar Sultan Agung Tirtayasa yang menggantikan ayahnya. Sultan Abu'l Ma'ali Ahmad Rahmat Allah Sultan Tirtayasa bergelar Abu'l Fath 'Abd al—Fattah 1651-1692 . Ia sangat tertarik pada tasawuf. Dalam tahun 1671, Putra mahkota yang bernama 'Abd al-Nasir 'Abd al-Qahhar, disuruh pergi ke Mekah dan Istambul untu k meluaskan pandangan dan hubungan selama satu tahun. Seh Yusuf menjadi pemimpin laskar Makasar. Putra Sultan Haji adalah Sultan Abu'l Mahasin Muhammad Zaenal 'Abidin (1690,—1733). Ia mengganti kan saudaranya Sultan Abu'l Fadl Muhammad Yahya (1687-1690) . Th. 1687 Sultan Haji wafat.
Bersambung......
PUSTAKA
(Sumber: Prof. Dr. Tudjimah CS, Syekh Yusuf Makassar: Riwayat Hidup, Karya dan Ajarannya, 1977, Balai Pustaka)
1. Berg, L.W.C. van den, Codicum Arabicorum in Biblio theca Societatis Artium et Scientiarum, quae Bataviae floret asservatorium Catalogum Inchoatum a. Dr Friederich absolvit endicibus que instruxit, Bataviae-Hgae Comitis MDCCCLXXIII.
2. Cence, A.A.,
De verering van Sjaich Jusuf in Zuid- Celebes, Bingkisan Budi, een bundel opstellen aan Dr. Philippus Samuel van Ronkel, door vrienden en leerlingen aangeboden, op zijn tachtigste verjaardag, 1
Augustus 1950 Leiden hlm 50 dan seterusnya.
3. Drewes, G.W.J.,
Sech Joesoef Makasar, Djawa, 6 e jaar-gang Weltevreden 1926 hlm 83-88
4. De Haan, Priangan, deel III 393, hl, 445-64 .
5. Hageman, J; J Cz Geschiedenis der Sunda-landen, 138 in deel XIX i/ h T.B.G. v. K. en W, hlm. 244.
6. Karaan, Moulana J, Sheikh Yusuf of Macassar. The saintly Hero of Bantam in Muslim Africa, December 1967 p. 21, vol l.no. l
7. Leibbrandt, H.C.V., Precis of the Archives of the Cape of Good Hope, Letters despatched 1696-1708, Capetown, 1896.
8. Lakkerkerker, C, Land en volk van Java Eerste deel. Inleiding en algemene beschrijving, Groningen-Batavia, 1938.
9. Lightvoet, Dagboek der Vorsten van Gowa en Tello, Bijdr. Kon. Inst, 9 e volgreeks IV, 1880.
10. Matthes, B.F., Boegineesche en Makassaaarche Legenden, Bijdr. Kon. Inst, 4 e volgreeks X e deel, 1885.
11. Matthes, B.F. Kort verslag aangaande alle mij in Eurapa bekende Makassaarche en Boegineesche Handschriften, vooral die van het Bijbel genootschap te Amsterdam, 1875.
12. Moentoe, H.S.D., Labbakang, Pangkadjene, Hikayat Sjeich Joesoef (belum dicetak) ± 1934.
13. Du Plessis. I.D. and Luckhoff, C.A., The Malay Quarter and its people, Capetown/Amsterdam, 1953.
14. The Hajee SullaimamShahmahomed Kramat, Dargah and Academy Trusts, Deeds constituting, 1908. AnneseB; 1910 Annese A; 1913 Annese C/ £urther Deeds; Akte notaris'dikarang oleh notaris J. Bennic Kayser, Cape Town.
Belum ada tanggapan untuk "Syekh Yusuf Al Makassary"
Posting Komentar
Saya Ansul, sangat Menghargai Komentar dan saran Anda, Thanks!