Syekh Yusuf Al Makassary

Makam Syekh Yusuf di Makasar

Jika kita dari Makasar berjalan mengikuti jalan *1) besar ke Selatan, dan setelah 8 kilometer kita membelok ke kiri, kita sampai di Lakiung. Lakiung adalah sebuah tempat kecil yang terletak di daerah Gowa.

Di pusat daerah Gowa itu terletak sebuah makam dari salah seorang putra Makasar, yaitu seorang ahli mistik dari abad ke-I7, yang bernama Seh Yusuf. Oleh pengagum-pengagumnya beliau disebut Tuanta Salamaka artinya Tuan  kita yang mendapat berkah, atau disingkat "Tuanta". Makam tersebut mempunyai bentuk kupel (Arab. Qubbah), seperti biasa terdapat di Sulawesi Selatan. Di bawah kupel itulah terdapat makam Seh Yusuf dan di sampingnya terdapat makam-makam lainnya.


Syekh Yusuf Al Makassary
 
Beberapa puluh tahun yang lalu, pada tempat masuk kupel terdapat  tulisan di dalam bahasa Makasar dengan huruf Arab. Di situ ditulis kejadian-kejadian yang penting alam kehidupan Seh Yusuf dengan diberi  tanggal oleh Encik Abd al-Wahhab Daeng Masikki dan diambil dari sumber-sumber Makasar dan Kompeni.

Riwayat Hidup Syekh Yusuf

Menurut Hikayat Seh Yusuf yang belum dicetak, masih dalam bentuk ketikan dan berasal dari H.S.D. Moentoe, Labbakang-Pangkajene, Sulawesi Selatan ± 134, Yusuf dilahirkan dari perkawinan seorang tua dengan seorang anak perempuan Gelaran  Montjong Loe. Dalam keadaan hamil anak perempuan tersebut diambil istri oleh Sultan Gowa. Setelah bayi itu lahir, ia dibesarkan dan dididik di Istana dan raja menganggapnya seperti putranya sendiri. Tidak beberapa lama kemudian, permaisuri raja Gowa sendiri melahirkan  seorang  putri di namakan Siti Daeng Nisanga. Keduanya mendapat pendidikan yang sama. Siti jatuh cinta kepada Yusuf. Yusuf menyuruh dua orang Gelaran meminang Siti, tetapi ditolak oleh raja karena Yusuf dari keturunan orang rendah. Menurut buku Tambo orang laki-laki baru dapat memperistri seorang wanita yang lebih tinggi derajatnya, jika ia mempunyai tiga syarat  : 1). kaya, 2), berani, dan 3). alim

Tidak beberapa lama Sultan menyuruh orang menjemput Yusuf untuk dikawinkan dengan putrinya. Pada waktu itu Yusuf sedang sibuk mencari kapal untuk pergi ke Jawa. Dari sana ia bermaksud untuk naik haji ke Mekah. Sultan Gowa menyuruh Yusuf kembali untuk dikawinkan dengan putrinya, tetapi Yusuf tidak mau kembali. Ia baru mau kembali kalau sudah cukup ilmunya. Kemudian putri itu diantar ke tempat Yusuf untuk dikawin. Setelah kawin beberapa bulan, istrinya dikirim kembai ke istana Gowa sedang Yusuf berlayar ke pulau Jawa. Di Banten Yusuf menumpang kapal Inggris yang datang dari Malaka dan hendak berlayar ke Eropa.

Setelah sampai di Jeddah, Yusuf terus menuju ke  Mekah. Selanjutnya  diceriterakan, bahwa Yusuf mau menuntut ilmu kepada imam-imam dari 4 mazhab, tetapi keempat imam itu mengatakan bahwa ia tidak perlu
belajar  kepada  mereka karena Yusuf sudah cukup  ilmunya.  Mereka menganjurkan,  supaya  ia  belajar kepada Abu Yazid, dari sini ia disuruh belajar kepada Seh Abd Al-Qadir al-Jailani.  Yusuf juga  mengunjungi  masjid  dan makam  Nabi  di Medinah.  Ia  juga  ingin  pergi  ke  negara-negara lain  seperti  Bayt al-Muqaddas, Rum dan sebagainya, tetapi niat ini tidak dapat terlaksana.

Kemudian Seh Yusuf kembali ke Banten dan kawin dengan putri Sultan Banten yang bernama Syarifah. Setelah raja Gowa mendengar, bahwa Seh Yusuf berada di Banten, beliau mengirim utusan supaya Seh Yusuf kembali ke tanah airnya.  Akan tetapi, yang terakhir ini berkata bahwa ia tidak akan kembali ke Gowa sebelum sempurna kesufiannya. Sufi yang dimaksudkan ialah akhir kehidupannya. Maka sebelum beliau mati, beliau tidak dapat kembali ke Gowa.

Setelah Seh Yusuf berada di Banten maka banyaklah murid-muridnya, juga  raja-raja di Jawa Barat masuk menjadi muridnya. Dengan putri Banten S. Yusuf mempunyai anak laki-laki. Kemudian  beliau juga  kawin dengan seorang  wanita  dari  Serang dan  Giri yang juga mempunyai anak laki-laki dan perempuan sehingga banyaklah keturuna n S.  Yusuf di Jawa.  Putra-putranya itu kemudian pergi ke Makasar dan kawin di sana sehingga juga di Makasar terdapat keturunan beliau.

Kemudian terjadilah pemberontakan melawan Kompeni. Yang memberontak kebanyakan murid-murid S.Yusuf. Diceriterakan, bahwa seorang Komandur memihak  kepada  S. Yusuf. Setelah Kompeni mengadakan pembalasan, kepala-kepala pemberontak ditahan dan dibuang ke Tanjung Harapan. Komandur dipecat dan S. Yusuf dibuang ke Seion (Ceylon atau Srilangka).

Di Seion S. Yusuf juga mempunyai murid dan kawin dengan putri raja Seion dan mempunyai anak laki-laki. Dari Seion S. Yusuf diperintahkan kembali ke Banten. Istri beliau kemudian meninggal dan beliau kawin dengan ipar beliau: Putra-putra S. Yusuf juga dikirim ke Mekah dan kemudian menetap di Makasar. Kemudian S. Yusuf wafat di Banten. Menurut ceritera makam S.Yusuf ada di empat tempat,  yaitu: Banten, Gowa, Seion (Ceylon atau Srilanka), dan Tanjung Harapan (Capetown Afrika).



Inilah ceritera mengenai S.Yusuf, diambil dari Hikayat Seh Yusuf. Di samping hal-hal yang dapat dianggap nyata, banyak sekali terselip ceritera-ceritera yang ajaib-ajaib umpamanya mengenai kepandaian S. Yusuf yang di luar kemampuan manusia biasa, yang maksudnya mungkin untuk menghormat beliau, di antaranya: waktu S.Yusuf sampai di Mekah, beliau memiringkan serbannya, kemudian  miring juga  ka'bah. Setelah beliau membetulkan sorbannya, maka ka'bah menjadi seperti biasa. Juga beliau dapat mengeluarkan buah langsat dan durian, dari sorbannya waktu ia menceriterakan mengenai buah-buahan yang disukai orang di Makasar dan masih banyak lagi.

Dahulu raja-raja Sulawesi biasa membuat buku harian; dalam buku harian itu ditulis kejadian-kejadian yang penting terutama mengenai mereka sendiri dan kerabat mereka 2). Buku harian ini (orang Makasar menamakannya lontara'-bilang), berisi banyak hal-hal yang penting bagi Sejarah.

Buku harian Raja-raja Gowa dan Tallo berjalan sampai tahun 1751. Buku tersebut pada  tahun 1845, waktu raja Tallo,  La Odang Riyu Karaeng Katangka Tuwammenangri Suwangga wafat, disimpan oleh orang kepercayaannya yang tinggal di kampung Melayu di Makasar, yaitu Guru Jaka.  Pada tahun  1874 Guru Jaka meninggal, kemudian buku  tersebut  disimpan  oleh  raja  Gowa. Dalam  buku  harian  tersebut  terdapat  tanggal  dalam hitungan tahun  Masehi  dan  Hijrah  dan ditulis dalam bahasa Makasar dengan huruf Arab.

Menurut Dagboek der Vorsten van Gowa en Tallo dikeluarkan oleh Ligtvoet dalam BKI,  4e Volgreeks  IV,1880, hlm  90,  Seh Yusuf dilahirkan pada tahun 1626. Pada tanggal 22 September 1644 beliau mohon diri untuk menunaikan ibadah haji  3). Sekembalinya dari Mekah, ia tinggal di Banten dan kawin dengan putri Sultan Banten 4). Ia sendiri dari pihak Ibu keturunan Raja Gowa karena ibunya adalah saudara dari Raja Gowa Karaeng Bisei 5).

Menurut utusan-utusan Makasar  R 13 Januari 1690 ia adalah keturunan galeran yang paling rendah. Dikatakan oleh Caef D. 15  Maret  1672,  Sultan Banten yang Muda  ingin  menjadi seorang wali  dan belajar Quran dari seorang wali dari Makasar,  yang pernah pergi ke Mekah. Agama Islam sangat  ditaati  di  Banten.  Orang dilarang minum, madat, suatu adat yang sejak dulu sudah ada. Meskipun begitu, orang Banten berdagang madat, Sultan  Muda  ini  memerintahkan juga, supaya orang memakai  pakaian  Arab, sebagai pengganti pakaian nasional.  Kemudian Sultan Muda ini pun pergi naik haji.

Menurut Dr. B.F. Matthes  dalam  karangannya:  "Boegineesche en Makassaarsche Legenden" dalam BKI Vierde Volgreeks X deel 1885 hlm. 449,  sesudah  agama  Islam  berkembang  di  Sulawesi Selatan di  Gowa dilahirkan seorang laki-laki yang kemudian terkenal  s'ebagai  wah  atau orang keramat.  Sampai sekarang ia masih dikenal dengan  nama  Seh  Yusuf  atau  Tuwang Salama yaitu Tuan yang mendapat berkah. Pada zaman pemerintahan raja Gowa  yang  ke-I 9  yang  bernama  'Abd  al-Jalil, S. Yusuf naik haji. Sekembalinya ia tinggal di Banten.

Dr. D. B. Matthes dalam Kort Verslag aangande  alle  mij  in Europa  bekende  Makassaarsche  en  Boegineesche Handschriften, vooral  die  van  het  Nederlandsch Bijbelgenoodeschap te  Amsterdam", Amsterdam 1875, hlm. 9-10 menulis sebagai berikut: Naskah no  18  (75 halaman), pada halaman  18-75  terdapat beberapa keajaiban dariS. Yusuf atau Tuan Salamaka dan keturunannya.


Syekh Yusuf Al Makassary
Makam Syekh Yusuf di Capetown


Dalam buku I.D. Calvin yang berjudul Romance of Empire, South  Africa  6) disebut,  bahwa Valentijn mengatakan bahwa untu k merebut  kekuasaan  dikepulaua n Indonesia, orang-orang Belanda harus berperang melawan orang-orang Portugis, Inggris, Makasar dan sebagainya. Mereka mengadu domba raja satu dengan raja yang lain, mereka harus berkelahi dan berperang.

Dalam  buku History  of South -Afrika under the Administration  of the Dutch East Indian Company (1652-1795), London 1897, George M. Call Theal L.L.D.  mengatakan pada hlm. 257-259 sebagai berikut:

Pada tanggal 1 Mei 1680 Sultan Ageng, Sultan yang merdeka yang terakhir di Jawa menyerahkan pemerintahan Banten kepada putranya  'Abd  al-Qahhar yang terkenal dengan nama Sultan Haji karena ia pernah naik haji. Antara orang-orang Inggris dan Belanda yang berdagang di sana ada persaingan besar. Raja yang Muda memihak kepada  Kompeni. Sultan  yang Tua menyesal  bahwa ia telah mengundurkan diri. Maka pada bulan Februari 1682 ia mengumpulkan tentara untuk mengusir putranya dari tahta. Ia dibantu  oleh  orang-orang Inggris Denmark yang ada di sana, putranya yang bungsu Purbaya. Di samping itu  ia  dibantu  oleh  S. Yusuf, seorang guru agama yang mempunyai pengaruh besar.

Sultan Haji tidak kuasa melawan tentara ayahnya. Ia mengunci dirinya dalam sebuah istana, dijaga oleh tentara Belanda, di bawah  pimpinan  Jacob  de  Roy.  Sultan Haji minta bantuan Betawi. Gubernur Jendral kemudian mengirim bantuan di bawah pimpinan Issac Martin.

Keadaan peperangan berubah. Sultan Ageng terjepit dan jatu h ke tangan putranya dan diperlakukan dengan kejam. Kemudian Sultan Ageng diberi sebuah istana sebagai tempat pengasingan oleh Kompeni di Betawi sampai beliau wafat tahun 1695.

Sebagai tanda terima kasih kepada Kompeni, Sultan Haji memberi monopoli dagang di daerahnya sehingga orang-orang Inggris dan Denmark marah. Waktu Sultan Ageng menyerah, S. Yusuf dapat lolos. Selama 12 bulan ia membuat kerusuhan di mana-mana. Akhir tahun 1683 ia terpaksa  menyerahkan  diri. Gubernur Jenderal  menganggap S Yusuf terlalu berbahaya untuk ditempatkan  di pulau Jawa karena beliau sangat dihormati oleh  seluurh rakyat, tidak hanya sebagai orang suci dan orang besar, tetapi juga sebagai pahlawan kemerdekaan  Banten, tanggal 22 Maret, 5 Rab II, Rabu  1684 7) S. Yusuf dikirim ke Seion.
Kapal yang membawa pengikut-pengikutnya Tuwang (S.Yusuf)  dari Cirebon.  S. Yusuf yang berasal dari Makasar, setelah kembali dari Mekah, kawin dengan putri Sultan Ageng. Pada tahun 1682  ada perang  antara  Sultan  Ageng  dan  putranya  Sultan Abu Nazar Abd al-Qahhar, S.Yusuf lari ke pegunungan, tetapi dikejar oleh tentara  Belanda dan ditangkap di Segara Anakan, di pantai Selatan pulau Jawa 8).

Beliau dikirim ke Seion untuk beberapa waktu dan pada  tahun 1694  beliau  dipindah  ke  Tanjung  Harapan  dengan keluarga  dan  pengikut-pengikutnya sebagai tahanan Negara.

Dalam karangannya  "Sech Joesoef   Makasar," Dr. G.W.J. Drewes  mengatakan 9). Setelah Sultan Haji  menang, S. Yusuf dengan pengikut-pengikutnya orang Makasar mau lari ke daerah Banyumas, tetapi beliau ditangkap oleh Letnan Van Happel. Menurut  Valentijn, Van Happel pandai berbahasa Melayu dan Arab, juga tahu adat-istiadat bangsa Arab. Ia pura-pura jadi orang Arab, yang ditangkap oleh Belanda. Karena ia mendapat perlakuan baik maka S. Yusuf lalu menyerahkan diri. Valentijn di Jepara sekamar dengan Van Happel yang kemudian menceriterakan kepadanya,  bagaimana caranya ia menahan  S. Yusuf.  S. Yusuf dibawa  dengan istrinya dan pengikut-pengikutnya ke  Cirebon, kemudian ke Betawi, sedangkan tentara Makasar dikirim kembali ke Makasar. Pada mulanya S.Yusuf dibuang ke Seion, tetapi setelah keluarganya  di Gowa selalu berusaha  untuk  melepaskan beliau, maka pada tahun 1693 beliau dipindah ke Tanjung Harapan.

Pada tanggal  23 Mei 1699  beliau wafat dan dimakamkan di daerah pertanian Zandvliet, di distrik Stellenbosch. Makam S. Yusuf kemudian menjadi keramat dan dianggap sebagai tempat suci. Tempat  itu dipelihara dan dijaga", orang yang mau masuk harus menanggalkan sepatunya. Hanya  sedikit pengunjung keramat itu yang  mengerti benar, siapa yang dimakamkan di situ. Di sekitar nama  S.Yusuf terjalin  ceritera-ceritera dan dongeng-dongeng yang  penuh dengan  keajaiban  yang dapat dilakukan oleh beliau d.a.   waktu beliau berlayar ke Tanjung Harapan, simpanan  air minum  telah  habis. Kemudian S. Yusuf  mencelupkan  kakinya dalam laut  dan berkata  kepada para pelaut untuk mengisi tangki air, dan terbukti air yang dituangkan ke dalam tangki-tangki tersebut dapat dipakai untuk air minum.

Masyarakat Islam di Tanjung Harapan (Capetown-Afrika)

Masyarakat  Islam  di  Tanjung Harapan dapat dibagi dua  10)  :
  1. Orang-orang Indonesia Tanjung Harapan, keturunan orang- orang Indonesia yang diasingkan di situ.
  2. Orang-orang India yang pindah ke situ.
Orang-orang Indonesia di sana  disebut  "Slamaajers", bermazhab  Shafi'i seperti nenek moyang mereka di Indonesia. Orang India bermazhab Hanafi.
Buku-buku pelajaran  agama dari orang-orang Indonesia di sana  terdiri dari  kalimat  Arab  yang diterjemahkan ke dalam  bahasa  Belanda  Tanjung  Harapan, dan ditulis dengan huruf Arab.  Dr.  Hazeu  yang  pada  tahun  1916 singgah di sana menemukan buku-buku yang dikenal di Jawa dan dicetak  di  Mekah  dan India. Tiap-tiap tahun yang naik haji di antara mereka 30 a 40 orang.

Suatu  hal  yang  patut  diperhatikan  11) ialah,  bahwa orang-orang  Indonesia  di  Tanjung  Harapan  tetap memegang teguh  agamanya,  meskipun  mereka bercampur gaul dengan bangsa lain dengan agama lain yang sangat berbeda- beda dan meskipun mereka jauh dari tanah airnya.

Sejak tahun 1681Tanjung Harapan dijadikan tempat pengasingan   bagi orang-orang yang tinggi martabatnya oleh Kompeni 12). Beberapa bangsawan Makasar dengan keluarga diberi tempat di istana, tetapi berhubung mereka sangat berani, mereka dipindah ke luar negeri. Selama Afrika  Selatan menjadi daerah Kompeni, dipakai untu k tujuan tersebut.  Banyak  orang-orang   Indonesia  yang dibuan di sana. Salah seorang dari mereka itu hampir menyebabkan  perang antara Inggris dan Belanda. Ini terjadi di Banten di Pulau Jawa.

I. D.  Du Plessis and  C. A.  Luckhoff dalam The Malay Quarter and its people hlm. 33-36 menulis selanjutnya: "Di daerah Faure terletak makam Seh Yusuf, yang terbagus  di  antara dua makam di Signal Hill, tidak jauh dari Samudra Indonesia.  Makam ini mempunyai atap  melengkung dan 4 tiang putih.
Di atas atap itu ada bulan sabit. Di dalamnya beristirahatlah  S. Yusuf,  di  luar terdapat 4  makam  pengikutnya.  S. Yusuf sangat dihormati oleh orang-orang Indonesia di sana, juga karena ia orang besar dan seorang bangsawan.

Dalam Handbook of Cape Town and  Suburb yang dipakai oleh anggota-anggota dari   British Association for th e Advancement of Science dalam bulan Augustus 1905, ada tulisan mengenai Seh Yusuf sebagai berikut  :

Daerah "Macasar Duynan "  dekat Zandvliet, disebut begitu karena adanya orang-orang buangan dari Makasar yang dibawa ke sini oleh Kompeni.  Di antaranya ialah  Seh Yusuf atau Tuanse seorang bangsawan dari Makasar yang mempunyai  pengaruh  besar di Jawa, Makasar dan seluruh kepulauan  Indonesia. Pada tahun 1694 ia dikirim ke Tanjung Harapan dengan 49 pengikutnya. Sejak tahun 1683  ia telah  menjadi  tahanan, setelah Sultan Banten yang Tua dikalahkan.

Dalam  Rambles  through  the  Archieves of the Colony of the Cape of Good Hope  1688-170 0  Hendrik Carel vos Leibbrandt menulis di antaranya sebagai berikut:

"Dalam  Perang  Banten, di mana orang-orang; Belanda memihak kepada  Sultan Muda dan menobatkannya di atas tahta,  S.Yusuf memihak kepada Sultan yang Tua. S.Yusuf  ditangkap oleh seorang opsir Belanda yaitu Kapten Ruis yang pura-pura menjadi seorang  Muslim yang telah ditangkap oleh Belanda. Sampai1694 ia dibuang ke Seion. Kemudian  ia   dipindahkan ke Tanjung  Harapan  dengan  kapal  De Voetboog  dengan  49 pengikutnya karena orang Belanda  takuf  bahwa ia  akan menggunakan mereka. Karena waktu  S.Yusuf tiba di  Betawi dari pelariannya, ia dihormat  oleh rakyat sebagai orang suci. Orang menyimpan  pinang yang telah  dikunyahnya sebagai barang keramat (relic). Rakyat  menganggap beliau di atas manusia biasa."

Dalam bukunya yang berjudul Romance of Empire, South Africa, Ian D. Calvin berkata:
"Valentijn mengunjungi Tanjung Harapan pada seperempat abad yang pertama dari abad ke-18. Ia juga berziarah  ke makam S.Yusuf. Ia mengagumi bunga-bunga dan juga daerah pertanian Zandvliet. Daerah itu kepunyaan Dominee Petrus Calden dari gereja di Heerengracht. Sekarang hanya tinggal sebuah menara.  Di zaman Calden ini S. Yusuf ditahan.  Pada mulanya ia  dibuang ke Seion, tetapi  pengaruhnya masih cukup besar sehingga orang  Belanda mengasingkannya di Afrika Selatan dengan kapal De Voetboog."

Orang Belanda pun menghormati S.Yusuf, dan Calden bersahabat  baik dengan beliau. Sebelum S.Yusuf wafat pada tahun 1699,  Sultan  Gowa memohon kepada Pemerintah Belanda supaya S.Yusuf dipulangkan.

Dalam buku Hajee Sullaiman Shahmahomed Kramat, Dargah and  Academy Trusts Annexure  C. 1913  ada inti surat-surat antara Pemerintah Tanjung Harapan kepada Pemerintah  Betawi, diambil dari arsip di Capetown. Surat tersebut tertanggal 1 Juli 1699 yang berisi d.a. sebagai berikut:

"Pada tanggal 23 Mei 1699, telah wafat seorang ahli agama Islam, Seh Yusuf yang pada tahun 1694 dengan pengikutnya  sebanyak  49  orang datang dengan Fluyt "de Voetboog" dari Seion. Sejak  kedatangan mereka sampai Augustus 1698 telah habis uang 24.421.  :12:12 gulden dan sejak itu sampai Augustus  yang akan datang menjadi 26.221 :12 :12 yang sangat memberatkan Pemerintah Tanjung  Harapan. Di samping  itu  jumlah mereka masih bertambah karena kelahiran. Maka mereka mohon dibebaskan dari pemeliharaan pengikut-pengikut itu. "

Juga ada surat permohonan dari  Daeng Nisajo dan beberapa orang penting dari Makasar untu k mengirimkan kembali ke tanah air, istri-istri, anak-anak, kerabat dan hamba sahaya. Maka berdasarkan  surat tertanggal 2 Oktober 1704 telah dikirim dengan kapal  De  Liefde dan de Spiegel Istri-istri, putra-putra dan keluarga dari almarhum Seh Yusuf.

Selanjutnya dikatakan dalam buku tersebut bahwa S.Yusuf wafat  disini pada tahun 1699 dan dimakamkan di suatu tempat yang disebut "Kramat" (Makam seorang suci). Makam tersebut mendapat kunjungan banyak dari orang Indonesia, yang berpendapat bahwa mengunjungi makam tersebut termasuk salah satu kewajiban agama.

Waktu S.Yusuf dibuang 13), raja Gowa kerap kali memohon kepada Kompeni supaya S.Yusuf dikembalikan ke Sulawesi.  Setelah  S. Yusuf wafat,  raja 'Abd  al-Jalil minta  supaya  tulang  dari  beliau, keluarganya  dan pengikutnya dikembalikan. Surat tersebut ditulis pada tahun 1793.

Permohonan ini disetujui pada tahun  1794. Maka pada tanggal 5 April 1795  datanglah sisa-sisa jasad  almarhum S.Yusuf dan dikebumikan di Lakiung.  Keturunan beliau mendapat  perlakuan istimewa. Mereka tidak boleh dijadikan  budak. Mereka boleh tinggal di mana-mana dan mereka bebas dari pajak, cukai, dan kerja paksa.

Pemujaan kepada  S. Yusuf itu  asalnya  dari pengikutnya  yang lama, juga dalam kalangan ahli mistik. Juga raja Bone  Ahmad  al-Salih  Matinroe  ri  Rompegading  (wafat di  Rompegading) 1775-1812, menaruh perhatian kepada ajaran-ajarannya.  Beliau juga  disebut  Shamsal-Milla wa'l- Din dan  dikelilingi oleh  ahli  mistik.  Pengaruh  Tuanta ini terdapat  di kampung Gowa Antang dan Telebatu. S.Yusuf dianggap sebagai seorang keramat nasional yang karena hajinya,  orang-orang Gowa bebas dari kewajiban tersebut. Juga terdapat perbedaan dalam sembahyang dan puasa. Sesudah panen, mereka berziarah ke makam Lakiung. Arti dari toko h S.Yusuf ialah kepribadiannya, sehingga ia sampai sekarang masih mempunyai pengaruh  kepada pengikut- pengikutnya, turun-temurun di Sulawesi Selatan  sampai sekarang.

Juga di Afrika-Selatan S.Yusuf dianggap sebagai orang yang mengembangkan agama Islam  di daerah itu.14) Makam  S. Yusuf menjadi  keramat, dikunjungi oleh tua dan muda, kaya dan miskin. Mereka memberi  sedekah berupa  uang, kembang dan makanan. Air dari  Eerste Rivier  yang  ada di dekat tempat itu kerapkali  disimpan di botol-botol dengan harapan bahwa air tersebut akan menjadi obat.

Dr. G.W.J. Drewes mengatakan dalam karangannya: "Sech  Joesoef Makasar,' Djawa, 6e  jaargang 1926 hlm. 87-88 :

Makam S.Yusuf menjadi keramat, juga setelah tulang S.Yusuf dibawa ke  Makasar oleh  pengikutnya atas  permohonan Sultan Gowa 1795. Sampai sekarang makam tersebut tetap keramat.

Pada tahun 1913 makam tersebut  dan  sekitarnya dibeli oleh  seorang  India Muslim yang kaya raya bernama Haji Sulleiman Shah Mohammad berasal dari Dhorayi (Bombay) dan dijadikan wakaf. Haji Sulleiman ini menetap pada tahun 1881 di Tanjung Harapan. Waktu ia datang ke situ ia mendapatkan daerah itu didiami oleh  + 10.000 orang Muslim, keturunan orang  Indonesia. Ia pernah mengembara ke Asia Barat, Eropa, Australia, India, Cina, Jepang, Amerika Utara,  Eropa, Kutub Utara, Rusia, Turkestan, dan  menulis beberapa buku mengenai perjalanannya.

Pada  tanggal 8 Februari 1907 ada resolusi dari Raad van Politie Tanjung Harapan yang berbunyi :
"Raad v. Politie telah sepakat untuk menjual kepada yang paling tinggi tawarannya bekas rumah-rumah orang Makasar yang telah  dibuang di muara Eerste  Rivier. Pada tahun  1908 Haji Sulleiman  membeli daerah makam S.Yusuf dan dimasukkan dalam The Hajes Sulleiman Shah mahomed Kramat Trust yang didirikan untuk  memperingati putrinya yang kedua Fatimah yang wafat tanggal 30 Juni  1907."

Dalam karangan Drs. Zuber Usman yang berjudul: "Sjech Jusuf Tadjul Chalwati dalam Berita Bibliografi no.2 th. ke XI Juni 1965, Djakarta, hlm, 2-6  dikatakan: "bahwa  S.Yusuf adalah seorang ulama tasawuf yang amat terkanal, seorang pencinta dan pembina jiwa kemerdekaan, dan penyiar agama di Bugis. Menurut penulis tersebut nama al-Tadj-al-Khalwat i didapat S.Yusuf dari Seh Abu'l Barakat Ayyub b.Ahmad b.Ayyub a-Khalwati al-Qursishi di Sham salah seorang guru S.Yusuf.

A. A. Cense dalam karangannya "De verering van Sjeich Jusuf in  Z.Celebes" Bingkisan Budi, hlm.53 mengatakan bahwa  Raja  'Abd  al-Jalil adalah pengagum S.Yusuf. Menurut naskah 193 dari  Mattesstichting di Makasar pada hlm. 118-120, disebut beberapa keajaiban S.Yusuf. Dalam catatan ini. S.Yusuf disebut: Tuang Loeta Shaikh Yusuf al-Tadj al-Khalwati al-Makasari q.s. dst. yang artinya Tuan kita yang besar Seh Yusuf Mahkota (pengikut tarikah tersebut memakai tutup kepala yang disebut  tadj) pengikut tarekat Khalwatiyya dari Makasar q.s. dst.
Moulana J. Karaan (Strand, Cape) menulis  dalam Muslim Africa vol. 1, no. 1 Desember 1967 p. 21 dengan judul "Sheikh  Yusuf  Macassar, the  saintly  Hero  of  Bantam", bahwa  S.Yusuf adalah  seorang  ulama,  pahlawan tanah  air, dan orang suci. Ia pernah ditakuti oleh musuh- musuhnya dan dihormati  oleh pengikut-pengikutnya.Sejak kedatangannya  di Tanjung Harapan pada tahun 1694 ia  mempunyai pengaruh dalam sejarah daerah tersebut. Musafir-musafir  yang  mengunjungi  daerah  itu  pada akhir  abad ke-17 menyebut nama S.Yusuf dalam kabar- kabar mereka.

Hamka mengatakan dalam bukunya  Dari perbendaharaan lama, C.V. Madju, Medan, 1963, hlm. 36-50 dalam artikel- nya  "Sjeich Yusuf Tadj'ul-Chalwati  (Tuanta  Salamaka) 1626-1699 : Seh Yusuf lahir 8  Sawal  1036  H/ 3  Juli  1626; wafat 23 Mei 1699.

Ia dikenal di empat daerah yaitu Makasar, Banten, Seion (Srilanka), dan  Tanjung Harapan (Afrika Selatan). Di Banten beliau menjadi muft i dan menantu Sultan Ageng Tirtayasa. Di Seion ada masyarakat Melayu yaitu keturunan orang-orang Indonesia yang dibuang oleh Belanda ke sana. Kaisar Hindustan, Aurangzeb Alamgir minta kepada Kompeni supaya S.Yusuf dipelihara baik-baik. Nama kecilnya ialah Muhammad Yusuf. Titel Seh hanya diberikan kepada orang  yang sudah mendapat izin untuk mengajar tarekat.Abu'l Mahasin adalah gelar kehormatan yang  diberikan kepada Seh Yusuf setelah usianya sudah  lanjut. Seperti Abu '1-Mafakhir dan sebagai Gelar Taj. al-Khalwati diperoleh dari Seh tarekat  Khalwatiyya. Pada masa kecilnya S.Yusuf belajar Alquran, fikh dan bahasa Arab.

Pada tanggal 22 September 1645, Ia meninggalkan Tallo dengan  menumpang kapal Portugis ke Banten. Di sana ia bersahabat dengan putra mahkota.

Di Aceh ia belajar tarekat Qadiriyya dari Nur al-Din al-Raniri. Di  Yaman ia  belajar  tarekat Nakshibandiyya dari Abi, 'Abd Allah Muhammad 'Abd al-Baqi .
Di Zubaid (Yaman) ia belajar tarekat Al-Sa'ad a al-Ba' alawiyya dari Sayyid Ah. Kemudian ia naik haji ke Mekah.
Di Madinah ia belajar tarekat Shattariyya dari Burhan al-Din  al-Molla b. Ibrahim  b. al-Husay n b.Shihab al-Di n al-Qurdi al-Kauran i al-Madani. Di  Damaskus ia belajar tarekat  Khalwatiyya  dari   Seh  Abu'l Barakat Ayyub  b. Ahmad  b. Ayyub al-Khalwati  al-Quraishi, Imam mesjid Ibn  'Arabi di Damaskus. Di sini ia mendapat gelar Taj al-Khalwat i Hadiyat Allah.
Ia juga belajar beberapa tarekat lainnya. Diceritakan bahwa ia juga pergi ke Istambul. Ia kembali ke Gowa, mendapatkan daerah itu  kurang menyenangkan yaitu penuh dengan kemaksiatan  seperti  minum  tuak,  adu  ayam,  dan judi,  Ia memberi nasihat kepada raja  Gowa, tetapi tidak diterima.

Di  Gowa ia mengajar dan memberi ijazah kepada murid-muridnya;  di  antaranya Seh Nur al-Di n  Abu'l Fath Abd al-Basir Abu Darir al-Rafan i yang buta. Rafani berasal dari kata Rappang. Juga kepada Abd. Al-Qadir Maraeng Majeneng.

Ia pergi ke Banten dan mendapatkan putra  mahkota telah menjadi Sultan, dengan gelar Sultan Agung Tirtayasa yang  menggantikan  ayahnya. Sultan  Abu'l  Ma'ali Ahmad Rahmat Allah  Sultan  Tirtayasa  bergelar  Abu'l Fath 'Abd al—Fattah 1651-1692 . Ia sangat tertarik pada tasawuf. Dalam  tahun  1671, Putra mahkota yang bernama 'Abd al-Nasir  'Abd  al-Qahhar, disuruh  pergi  ke Mekah  dan Istambul untu k meluaskan pandangan  dan hubungan selama satu  tahun. Seh Yusuf menjadi  pemimpin  laskar Makasar. Putra Sultan Haji adalah Sultan Abu'l Mahasin Muhammad Zaenal  'Abidin  (1690,—1733). Ia mengganti kan  saudaranya Sultan Abu'l  Fadl Muhammad Yahya (1687-1690) . Th. 1687 Sultan Haji wafat.

Bersambung......


PUSTAKA 

(Sumber: Prof. Dr. Tudjimah CS, Syekh Yusuf Makassar: Riwayat Hidup, Karya dan Ajarannya, 1977, Balai Pustaka)

1.   Berg, L.W.C. van  den, Codicum  Arabicorum  in  Biblio theca  Societatis  Artium  et   Scientiarum, quae Bataviae floret asservatorium Catalogum  Inchoatum  a.   Dr Friederich  absolvit   endicibus  que   instruxit,    Bataviae-Hgae Comitis MDCCCLXXIII.

2.   Cence, A.A.,
De   verering   van   Sjaich   Jusuf  in   Zuid- Celebes,  Bingkisan  Budi,  een bundel opstellen  aan Dr. Philippus  Samuel van Ronkel, door vrienden en leerlingen aangeboden,  op  zijn  tachtigste  verjaardag,  1
Augustus 1950 Leiden hlm 50 dan seterusnya.

3.   Drewes, G.W.J.,
Sech  Joesoef Makasar, Djawa,  6  e  jaar-gang Weltevreden 1926 hlm 83-88

4.   De Haan, Priangan, deel III 393, hl, 445-64 .
5.   Hageman, J; J Cz     Geschiedenis  der  Sunda-landen, 138  in deel XIX i/ h T.B.G. v. K. en W, hlm. 244.

6.   Karaan, Moulana J, Sheikh  Yusuf  of  Macassar. The  saintly Hero of Bantam in Muslim Africa, December 1967 p. 21, vol l.no. l

7.   Leibbrandt, H.C.V., Precis of the Archives of the Cape of Good  Hope, Letters despatched 1696-1708, Capetown,  1896.

8.   Lakkerkerker, C, Land en volk  van Java  Eerste  deel.  Inleiding en algemene beschrijving, Groningen-Batavia, 1938.

9.   Lightvoet,  Dagboek der Vorsten van Gowa en Tello,  Bijdr. Kon. Inst, 9 e volgreeks IV, 1880.

10. Matthes, B.F., Boegineesche en Makassaaarche Legenden, Bijdr.  Kon.  Inst, 4  e volgreeks X e deel, 1885.

11. Matthes,  B.F. Kort  verslag aangaande  alle  mij in Eurapa bekende Makassaarche  en Boegineesche Handschriften, vooral  die van het  Bijbel genootschap  te Amsterdam, 1875.

12. Moentoe,  H.S.D., Labbakang, Pangkadjene, Hikayat  Sjeich Joesoef (belum dicetak) ±  1934.

13. Du  Plessis.  I.D.  and  Luckhoff,  C.A., The Malay  Quarter and its  people,   Capetown/Amsterdam,   1953.

14. The  Hajee  SullaimamShahmahomed  Kramat,   Dargah and Academy Trusts, Deeds constituting, 1908. AnneseB; 1910  Annese  A;  1913  Annese C/ £urther  Deeds;  Akte  notaris'dikarang oleh notaris J. Bennic Kayser, Cape Town.



Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Syekh Yusuf Al Makassary"

Posting Komentar

Saya Ansul, sangat Menghargai Komentar dan saran Anda, Thanks!